يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
“Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)

Dalam khutbah Jumatnya pada 1 Agustus 2025 di Masjid At-Taqwa, Jagalan, Kota Pasuruan, Ustadz Drs. H. Nuryasin, M.Pd.I., mengajak jamaah untuk merenungi makna hakiki dari ibadah. Khutbah ini tidak hanya mengulas pentingnya takwa sebagai kunci kebahagiaan, tetapi juga mengaitkan ritual Thawaf di Baitullah dengan fenomena alam dan ibadah shalat Tahajjud sebagai jembatan spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia.

Takwa sebagai Kunci Kebahagiaan Murni

Mereka yang bertakwa kepada Allah akan diberi kenikmatan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan ini, menurutnya, adalah kebahagiaan yang murni dan tulus, bukan kebahagiaan semu yang sering dikejar manusia. Takwa juga akan mendatangkan kemudahan-kemudahan dari Allah dalam setiap langkah kehidupan.

Pesan ini menjadi landasan kuat bahwa jalan menuju ketenangan batin bukanlah melalui harta atau kekuasaan, melainkan melalui ketaatan dan keyakinan teguh kepada-Nya.

Fenomena Pengalaman Thawaf dan Koneksi Kosmik

Khutbah Ustadz Nuryasin kemudian membawa jamaah pada sebuah perenungan mendalam. Ia menjelaskan sebuah fenomena unik: lintasan manusia saat mengelilingi Ka’bah ternyata berada dalam satu garis lurus dengan Baitul Ma’mur, tempat para malaikat tiada henti mengelilingi dan memuji Allah. Garis lurus ini kemudian berlanjut hingga ke Arsy Allah.Ia menyamakan gerakan melingkar ini dengan puting beliung atau tornado, yang secara alami bergerak ke kiri dan mampu mengangkat apa pun dari bawah ke atas. Analogi ini digunakan untuk menjelaskan mengapa jutaan doa yang dipanjatkan oleh orang-orang yang sedang Tawaf terasa begitu mudah dikabulkan. Doa-doa tersebut, seolah-olah, ditarik ke atas dan terhubung langsung dengan kemuliaan Ilahi.

Menyambut Kasih Sayang Allah di Sepertiga Malam

Pertanyaan besar kemudian muncul: bagaimana dengan umat Islam yang tidak memiliki kesempatan untuk berada di Masjidil Haram? Apakah mereka kehilangan kesempatan untuk merasakan koneksi spiritual sedalam itu?

Ustadz Nuryasin menegaskan bahwa Allah menjawab pertanyaan ini dengan sebuah rahmat yang luar biasa.Melalui ilham dan pemahaman, ia menjelaskan bahwa bagi mereka yang tidak berada di dekat Ka’bah, cara untuk terhubung dengan Allah tidak terputus. Caranya bukanlah dengan manusia yang diangkat, melainkan dengan Allah yang “turun” ke langit dunia, mendekat kepada hamba-hamba-Nya. Momen istimewa ini terjadi setiap malam, pada sepertiga malam terakhir, sekitar pukul 01.00 hingga 04.00 dini hari.Inilah waktu di mana Allah berfirman, “Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”

Janji-janji ilahi ini menjadi alasan mengapa doa orang yang rajin Tahajjud begitu mustajab. Shalat Tahajjud pada hakikatnya adalah kasih sayang Allah kepada penduduk bumi yang tidak bisa Thawaf, memberikan mereka kesempatan untuk terhubung langsung dengan-Nya.

Tahajjud: Ibadah Para Nabi dan Jalan Menuju Maqam Mahmudah

Ustadz Nuryasin menutup khutbahnya dengan menekankan bahwa Tahajjud merupakan ibadah wajib bagi para nabi dan merupakan keutamaan bagi kita sebagai umat Islam. Meskipun lima shalat fardhu adalah kewajiban yang telah ditentukan, Tahajjud adalah ibadah tambahan yang menawarkan kemuliaan tersendiri.Mereka yang membiasakan diri mendirikan Tahajjud akan berada pada satu tingkatan mulia yang disebut Maqam Mahmudah, sebagaimana dijanjikan dalam Al-Qur’an.

وَمِنَ الَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهٖ نَا فِلَةً لَّكَ ۖ عَسٰۤى اَنْ يَّبْعَـثَكَ رَبُّكَ مَقَا مًا مَّحْمُوْدًا
“Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.”
(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 79)

Kesimpulan khutbah ini adalah seruan untuk menjadikan Tahajjud sebagai kebiasaan baik, sebuah azam (tekad kuat) untuk menjemput rahmat Allah, menghubungkan hati dengan langit, dan meraih kebahagiaan sejati yang dijanjikan-Nya. (*)

Penulis: Fim

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri