Inflasi Juli 2025: Emas Perhiasan dan Beras Jadi Penyumbang Utama

JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa laju inflasi pada Juli 2025 banyak dipengaruhi oleh kenaikan harga beberapa komoditas utama, terutama emas perhiasan dan beras. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Anton Hartono, menyampaikan bahwa emas perhiasan menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan lalu dengan andil sebesar 0,34%.
“Emas perhiasan tercatat memberikan andil inflasi paling tinggi pada Juli, sementara beras berada di posisi kedua dengan kontribusi 0,15%,” ujar Anton dalam laporan koordinasi pengendalian inflasi yang digelar di Jakarta.
Selain kedua komoditas tersebut, beberapa barang dan jasa lainnya juga memberikan tekanan inflasi. Tarif air minum PAM menambah inflasi sebesar 0,14%, diikuti bawang merah (0,10%) serta tomat (0,08%).
BPS juga mencatat bahwa inflasi tahun kalender, yakni dari Januari hingga Juli 2025, sudah mencapai 1,69%. Dari sisi bulanan, inflasi tertinggi sepanjang tahun ini terjadi pada Maret dengan angka mencapai 1,65%. Adapun komoditas yang paling konsisten menjadi penyumbang inflasi sepanjang tahun adalah beras, tomat, bawang merah, dan cabai rawit—empat bahan pangan yang sangat dekat dengan kebutuhan sehari-hari masyarakat.
Namun demikian, tidak semua bulan mencatatkan kenaikan harga. Indonesia sempat mengalami tiga kali deflasi pada Januari, Februari, dan Mei 2025. Deflasi terdalam tercatat pada Januari dengan angka -0,76%. Penurunan harga pada periode tersebut terutama disumbang oleh turunnya harga cabai merah dan bawang putih, dua komoditas hortikultura yang memang kerap fluktuatif.
Kondisi ini menunjukkan bahwa dinamika harga pangan masih sangat berpengaruh terhadap inflasi Indonesia. Beras, sebagai makanan pokok mayoritas masyarakat, terus menjadi faktor dominan dalam laju inflasi. Sementara itu, emas perhiasan yang lebih banyak dipengaruhi faktor global—terutama gejolak harga emas dunia—juga memperlihatkan dampak signifikan terhadap angka inflasi domestik.
Pemerintah bersama Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) diharapkan dapat lebih intensif menjaga kestabilan harga pangan pokok, mengingat setiap fluktuasi beras, cabai, hingga bawang merah, langsung dirasakan masyarakat.
BPS menegaskan bahwa transparansi data dan koordinasi lintas sektor menjadi kunci penting agar inflasi tetap terkendali, terlebih di tengah ketidakpastian global dan tren harga komoditas yang masih bergejolak.
Penulis: Fim