KOTA MALANG (jatimlines.id) – Bank Indonesia (BI) cabang Malang buka suara soal gejolak kenaikan harga bahan pokok, khususnya beras yang terjadi hampir satu bulan ini.

Kepala Kantor Perwakilan BI Malang, Febrina mengatakan, pada Triwulan I 2024 terdapat sejumlah faktor risiko pendorong inflasi.

Di antaranya, musim tanam hortikultura yang masih berlangsung, sehingga menyebabkan pasokan yang terbatas serta musim penghujan yang menurunkan produktivitas panen. Kemudian, peningkatan permintaan pada momentum HKBN juga beresiko mendorong inflasi.

“Selain itu sepanjang 2024 tekanan inflasi juga diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh masalah struktural. Mulai penurunan luas tanam dan peningkatan biaya produksi, ketergantungan impor bahan makan hingga kenaikan tarif yang diatur oleh pemerintah, seperti cukai rokok,” ujar Febrina, Jumat 23 Februari 2024.

Disisi lain, soal tren harga komoditas yang melonjak hampir satu bulan ini, Febrina melihat berdasarkan data Bloomberg per 19 Februari 2024, memang kenaikan terus berlangsung di seluruh dunia.

Adapun berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Bahan Pokok (Siskaperbapo), Minggu ke 3 bulan Februari 2024 mayoritas bahan makanan di wilayah kerja BI Malang mengalami peningkatan.

Beras premium mengalami peningkatan 12,27 persen month to month (mtm). Untuk beras medium meningkat 7,73 persen (mtm).

Bahan makan lainnya pun ikut terimbas dalam kenaikan tersebut. Seperti halnya jagung meningkat 9,49 persen (mtm), minyak goreng meningkat 6,01 persen (mtm) hingga cabai merah besar yang meningkat drastis, yakni 27,62 persen (mtm).

“Kenaikan harga beras dan hortikultura didorong oleh menipisnya pasokan akibat pergeseran. Musim panen, karena faktor cuaca (El Nino akhir Desember 2023),” ungkapnya.

Kenaikan harga bahan pokok ini sangat perlu diwaspadai. Terlebih, sebentar lagi memasuki bulan suci Ramadhan yang diperkirakan, harga bahan pokok akan semakin melonjak dan membebani masyarakat.

Dengan begitu, BI Malang meminta pemerintah daerah untuk fokus menjaga harga komoditas dengan cara melaksanakan program TPID yang bersifat seasonal.

“Bisa melalui operasi pasar, sidak pasokan, peningkatan produksi, perluasan KAD. Ini untuk menjaga ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga hingga kelancaran distribusi. Ini harus dikomunikasikan secara efektif dari hulu ke hilir,” tandasnya. (san)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan