Malang, JATIMLINES.ID – Danantara, Badan Pengelola Investasi (BPI) Indonesia, resmi dibentuk untuk mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis. Badan ini akan mengelola aset BUMN senilai Rp14.614 triliun (lebih dari 900 miliar USD) yang meliputi tujuh BUMN besar, yaitu Bank Mandiri, Bank BRI, Bank BNI, Pertamina, PLN, Telkom Indonesia, dan MIND ID (Mining Industry Indonesia).
Nama Danantara merupakan singkatan dari Daya Anagata Nusantara, yang memiliki makna filosofis. Daya berarti energi atau kekuatan, Anagata berarti masa depan, dan Nusantara merujuk pada tanah air Indonesia. Badan ini akan fokus pada investasi berkelanjutan yang bersumber dari sumber daya alam dan aset negara, dengan model pendanaan non-APBN.
Danantara terinspirasi oleh konsep Temasek Holdings Limited milik Singapura, yang telah sukses mengelola portofolio senilai 389 miliar SGD (sekitar Rp4,7 kuadriliun) per Maret 2024. Namun, berbeda dengan Temasek yang tidak bertanggung jawab kepada Perdana Menteri (PM) atau Presiden, Danantara akan bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.
Presiden Prabowo Subianto juga mengajak mantan presiden dan organisasi keagamaan seperti NU, Muhammadiyah, dan KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) untuk mengawasi transparansi dan akuntabilitas Danantara. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan publik.
Namun, beberapa pengamat memperingatkan bahwa keterlibatan mantan presiden dan tokoh agama berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dan mengganggu independensi pengawasan.
Keberhasilan Danantara akan bergantung pada strategi investasi yang tepat, kemampuan mengelola risiko, serta pengelolaan yang profesional dan transparan.
Jika berhasil, Danantara diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perekonomian Indonesia dan kesejahteraan rakyat, sekaligus menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.
Dengan pengelolaan yang baik, Danantara berpotensi menjadi tonggak penting dalam memperkuat fondasi ekonomi Indonesia melalui investasi strategis yang berkelanjutan.
Penulis: Fina Indriani
Editor: Red