Fokus pada Pengalaman Individu:

Baik “Bumi 5D” maupun “spiritual yes, religion no” sama-sama menempatkan pengalaman dan kesadaran pribadi sebagai pusat dari perjalanan spiritual. Mereka menekankan pentingnya intuisi, perasaan, dan koneksi langsung dengan alam semesta atau kekuatan yang lebih tinggi, tanpa perantara institusi keagamaan.
Kritik terhadap Institusi Agama: Keduanya muncul sebagai respons atau kritik terhadap apa yang dianggap sebagai kekurangan agama-agama tradisional, seperti dogmatisme, aturan yang kaku, hierarki yang korup, dan konflik yang sering kali muncul atas nama agama. Mereka melihat agama sebagai struktur yang membatasi, sementara spiritualitas dianggap membebaskan.

Pencarian Makna di Luar Doktrin: Orang-orang yang menganut “spiritual yes, religion no” mencari makna hidup dan ketenangan batin melalui praktik-praktik seperti meditasi, yoga, kesadaran penuh (mindfulness), atau pengembangan diri, yang sering kali tidak terikat pada doktrin agama tertentu. Hal ini sejalan dengan tujuan “naik” ke dimensi 5D yang juga berfokus pada kedamaian, cinta, dan keselarasan batin.

Konsep Universalitas: Konsep 5D menekankan persatuan dan keselarasan universal, di mana semua manusia adalah satu dan terhubung. Ini juga merupakan inti dari pandangan “spiritual yes, religion no” yang cenderung melintasi batas-batas agama dan budaya. Mereka lebih tertarik pada nilai-nilai universal seperti kasih sayang, perdamaian, dan kebaikan, daripada ritual atau dogma spesifik sebuah agama.

Dengan demikian, “Bumi 5D” bisa dianggap sebagai evolusi atau versi yang lebih modern dari jargon “spiritual yes, religion no,” yang dilengkapi dengan istilah-istilah metafisika dan konsep dimensi yang lebih kompleks. Inti dari keduanya tetap sama: mencari kebenaran dan ketenangan spiritual secara personal, terlepas dari batasan-batasan agama yang terorganisasi.

1 2

Penulis: Fim

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri