Di area itu, ia hampir tidak pernah meninggalkan tempat tinggalnya kecuali untuk keperluan ibadah. Warga sekitar, yang sebagian besar adalah keluarga Kadilangu, menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya.

Mereka mengangkat makanan untuk Hafiz melalui tali dari atas jembatan, dengan bunyi gemerincing sebagai tanda makanan telah tiba — sebuah tradisi kebersamaan yang sudah berlangsung lama.

Hafiz juga kerap menjadi tempat singgah bagi para musafir yang hendak memasak atau beristirahat, dengan persediaan beras dan mi selalu siap sedia untuk mereka.

Selain itu, ia merawat sepasang burung perkutut yang hidup bebas tanpa tali kekang. Meski anak-anak burung perkutut itu sering menjadi mangsa predator alami seperti ular, Hafiz tak pernah merasa takut atau khawatir. Ketika banjir melanda, ia menjalani semuanya dengan pasrah dan menyerahkan semuanya kepada Allah.

“Kesehatan saya cukup baik, hanya sakit kepala atau flu dua kali setahun,” ujarnya santai. “Setiap orang memiliki peran hidup masing-masing. Kita tidak berhak menghakimi karena itu adalah pilihan mereka.”

Pesan Hidup dari Kisah Hafiz

Kisah hidup Hafiz mengajarkan bahwa keberhasilan dan kebahagiaan sejati tidak selalu ditemukan dalam harta atau status sosial yang tinggi. Kadang, kedamaian dan makna hidup justru lahir dari kesederhanaan, ketabahan, serta kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta.

Di balik pondok sederhana di bawah jembatan itu tersimpan pesan mendalam tentang bagaimana sebuah kehilangan bisa menjadi awal perjalanan menuju ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki.

1 2

Penulis: Win

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri