DPRD Jatim Dorong Budidaya Ikan dan Hidroponik sebagai Kekuatan Ekonomi Kerakyatan Baru

SURABAYA, 5 Juli 2025 – Sektor perikanan budidaya dan pertanian modern seperti hidroponik di Jawa Timur memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan. Hal ini diungkapkan oleh H. Deni Prasetya, S.E., anggota Komisi B DPRD Jawa Timur, dalam sebuah diskusi bersama penyiar Radio Suara Surabaya, Wismanti.
Jawa Timur, yang dikenal sebagai salah satu provinsi penghasil perikanan budidaya terbesar dengan produksi mencapai lebih dari 1,3 juta ton per tahun, juga menyumbang lebih dari 59% Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sektor UMKM. Integrasi budidaya ikan dengan teknologi seperti hidroponik atau bahkan akuaponik (kombinasi budidaya ikan dan tanaman dalam satu siklus) diyakini dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan impor pangan, dan memperkuat ekonomi lokal.
“Potensi-potensi yang ada di masing-masing daerah ini kan aneka ragam banyak sekali,” ujar Deni Prasetya.
Ia menyoroti bagaimana budidaya ikan, terutama di daerah yang tidak memiliki pantai seperti Surabaya, dapat dilakukan melalui akuaponik atau hidroponik, yang pada gilirannya akan “menunjang perekonomian pada peningkatan ekonomi sekaligus juga membuka lapangan pekerjaan baru.”
Geliat Inovasi dan Tantangan Pendampingan
Beberapa daerah di Jawa Timur, seperti Lumajang, Madiun, hingga Surabaya, telah menunjukkan geliat positif dari pelaku muda, mahasiswa, dan kelompok UMKM yang memanfaatkan budidaya ikan dan hidroponik sebagai peluang usaha. Contoh nyata terlihat pada budidaya ikan yang dikelola oleh sahabat Ansor di Jember, yang tidak hanya menghasilkan ikan segar tetapi juga mengolahnya menjadi produk siap goreng untuk pasar internal organisasi.
Namun, Deni Prasetya mengakui bahwa sektor ini masih menghadapi tantangan, terutama terkait kurangnya pendampingan, penyuluhan, dan edukasi yang intensif dan masif dari pemerintah di semua tingkatan. Banyak petani budidaya ikan konvensional yang gulung tikar karena kurangnya dukungan.
“Meskipun hal lama yang tidak dilakukan dengan benar, saya kira juga akan [gagal],” katanya, menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan.
Peran Pemerintah dan Program Strategis

Komisi B DPRD Jawa Timur saat ini tengah mengupayakan pembentukan basis data (database) potensi budidaya ikan di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Database ini diharapkan menjadi dasar bagi program-program pemerintah, termasuk inisiatif “Koperasi Merah Putih” yang menargetkan satu desa satu koperasi, bertujuan untuk meningkatkan perputaran ekonomi dan membuka lapangan kerja.
Selain itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga sedang merevisi Peraturan Daerah (Perda) terkait pembudidaya ikan dan petani garam. Revisi ini mencakup pembahasan mengenai asuransi bagi pembudidaya ikan untuk melindungi mereka dari risiko seperti penyakit pada ikan.
Deni Prasetya juga mendorong para pembudidaya untuk mendaftarkan diri ke Dinas Perikanan setempat. “Itu yang poin yang paling utama,” tegasnya.
Pendaftaran ini penting agar pemerintah dapat memetakan potensi, memberikan pendampingan, dan memfasilitasi akses ke program bantuan modal atau izin usaha, termasuk Nomor Induk Berusaha (NIB) dan izin edar BPOM untuk produk olahan.
Edukasi dan Modernisasi Menuju Produk Higienis
Salah satu tantangan terbesar adalah mengedukasi pembudidaya konvensional untuk beralih ke metode modern seperti kolam bioflok. Metode ini tidak hanya memudahkan manajemen air dan pakan, tetapi juga menghasilkan ikan yang lebih sehat dan higienis, bebas bau tanah yang sering melekat pada ikan dari kolam konvensional.
“Pemerintah provinsi hadir memang tidak begitu langsung cepat untuk berubah. Butuh kesadaran juga dari petani-petani budidaya ikan tersebut,” jelas Deni.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi dengan akademisi dari universitas di seluruh Jawa Timur juga diperlukan untuk melakukan riset dan pengembangan, memastikan potensi setiap daerah terpetakan dengan baik.
Dengan dukungan regulasi, pendampingan, dan akses permodalan yang lebih mudah, diharapkan budidaya ikan dan hidroponik di Jawa Timur dapat naik kelas, menghasilkan produk berkualitas, dan secara signifikan mendongkrak perekonomian masyarakat, khususnya di pedesaan.
Penulis: Firnas