Dalam acara Haul Kyai Abdul Hamid di Pasuruan, Senin, 1 September 2025 , KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha, menyampaikan ceramah yang menekankan pentingnya logika dan ilmu kalam (tauhid) dalam mengawal ajaran agama. Menurut beliau, agama Islam adalah “dinun aqliun,” agama yang logis dan masuk akal.
Sisi Kemanusiaan Nabi dan Pembelaan Logis
Gus Baha membela Rasulullah ﷺ dengan argumen yang tidak biasa. Beliau menjelaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ justru harus menunjukkan sisi kemanusiaannya (al-a’rad al-basyariah) seperti makan, minum, dan berjalan di pasar. Hal ini sangat penting karena beliau datang setelah Nabi Isa, yang dipertuhankan oleh umatnya. Dengan menampilkan sisi manusiawi, Nabi Muhammad membuktikan bahwa dirinya adalah seorang hamba Allah dan rasul-Nya, bukan Tuhan. Oleh karena itu, bagi Gus Baha, Nabi makan adalah hal yang paling mulia karena mengandung maklumat nafyun li uluhiyyati Muhammad (penafian ketuhanan Muhammad).
Gus Baha juga menyinggung tentang poligami Nabi yang sering dipertanyakan. Beliau menjawab secara logis: jika menolong satu orang adalah perbuatan baik, menolong dua orang lebih baik, dan seterusnya. Hal ini membantah pandangan dangkal bahwa poligami Nabi hanya karena nafsu, melainkan sebagai bentuk kebaikan yang lebih luas.
Mukjizat dan Logika Al-Quran
Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad ﷺ adalah orang yang paling menghindari mukjizat yang bersifat “kharikun lil ‘adat” (melanggar kebiasaan atau di luar nalar), karena pengalaman para nabi terdahulu menunjukkan bahwa mukjizat yang terlalu dahsyat sering dianggap sihir dan malah menimbulkan masalah. Allah sendiri dalam Al-Quran (QS. Al-Isra’: 59) menyebutkan bahwa tidak ada yang menghalangi-Nya untuk memberikan mukjizat kecuali agar umat-umat terdahulu tidak dihancurkan.
Gus Baha juga menceritakan kisah Jubair bin Muth’im yang masuk Islam setelah mendengar Nabi ﷺ membaca Surah At-Thur saat shalat. Jubair terkesima dengan logika Al-Quran yang mempertanyakan: “Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu? Ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri?” (QS. At-Thur: 35). Ayat ini, menurut Gus Baha, menunjukkan bahwa Tuhan harus wajibul wujud (wujudnya wajib ada) dan tidak mungkin tercipta dari ketiadaan atau menciptakan diri sendiri. Logika sederhana ini, kata Gus Baha, jauh lebih kuat dari ribuan seminar atau pidato.
Penulis: Fim