Agama yang Mapan dan Tahan Uji
Gus Baha menekankan bahwa agama ini tetap kokoh dan abadi karena dikawal oleh logika yang absolut (aqlun). Ia mencontohkan bagaimana Al-Quran disebut sebagai mutiara yang dilempar secara acak (qodfa), namun tetap indah. Hal ini membuktikan bahwa kebenaran sejati tidak perlu dijaga citranya, karena ia akan tetap benar.
Beliau juga memaparkan bahwa Islam bisa dibawa oleh siapa saja, dari orang yang sopan seperti Abu Bakar, pemarah seperti Umar, hingga budak seperti Bilal. Hal ini menunjukkan kekuatan ideologi agama yang tidak tergantung pada pembawanya, tetapi pada logika dan kebenarannya yang mutlak.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha menyinggung tentang balaghah (ilmu retorika bahasa) Al-Quran yang penuh makna. Sebagai contoh, redaksi “Jumlah Ismiyah” (kata benda) digunakan untuk menunjukkan status yang abadi, seperti “Alhamdulillah,” yang berarti segala puji milik Allah selamanya. Sebaliknya, “Jumlah Fi’liyah” (kata kerja) menunjukkan sesuatu yang temporal. Hal ini menjelaskan mengapa kesalahan Nabi Adam diungkapkan dengan “Jumlah Fi’liyah,” menandakan bahwa kesalahan itu hanya bersifat insidentil, bukan statusnya sebagai Nabi.
Secara keseluruhan, ceramah Gus Baha ini memberikan pandangan yang segar dan rasional terhadap ajaran Islam, menjauhi mistisisme berlebihan dan mengajak umat untuk kembali pada pemahaman yang logis dan mendalam
Penulis: Fim