BOYOLALI (jatimlines.id) – Harapan petani Keramba Jaring Apung (KJA) Waduk Cengklik, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah bisa panen raya saat jelang lebaran nanti sirna. Ribuan ikan tiba – tiba mengambang karena mati. Padahal, harga ikan nila saat ini mulai merangkak naik dan diprediksi masih akan terus naik hingga lebaran nanti.

“Saya pelihara ikan mas dan nila merah, kalau tingkat kematian ada sekitar 95 persen,” ujar Suhartono, salah satu pemilik keramba, warga Dukuh Turunan, Desa Sobokerto, Kecamatan Ngemplak, pada Selasa 12 Maret 2024.

Ia mengatakan, kematian ikan di KJA itu disebabkan fenomena Upwelling. Yakni berpindahnya air permukaaan dengan air dasar karena perubahan suhu yang cukup signifikan. Akibatnya air yang di dasar waduk terangkat naik sambil membawa amoniak racun, sehingga ribuan ikan mati.

“Mulai Sabtu kemarin cuaca cukup buruk, tidak ada sinar matahari bahkan hujan lebat terus menerus,”katanya.
Kemudian pada Minggu paginya kondisi ikan banyak yang mulai loncat karena kondisi kekurangan oksigen. Suhartono menuturkan, saat itu ikan juga sudah banyak yang mati, untuk meminimalisir kerugian, ikan yang masih dalam kondisi hidup lalu diambil dan dijual secara eceran.

Tidak berhenti disitu, kematian ribuan ikan kemudian masih berlanjut. Pada Senin kemarin ikan lebih banyak yang mati. Hingga pada akhirnya ia pasrah dan mengambil ikan-ikan yang mati untuk dipindahkan agar tidak mencemari air waduk.

“Sebenarnya, ikan-ikan itu siap panen, dan yang mati itu rencananya akan dipanen saat momen lebaran nanti,” ungkapnya pasrah.

Menurut Suhartono di kawasan Waduk Cengklik ada tiga kelompok petani karamba yang mengalami kerugian, ikan di keramba mati akibat fenomena upwilling. Dari ketiga kelompok petani karamba jika ditotal ada sekitar 31 hingga 32 ton ikan yang mati. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 890 juta.

“Padahal, saat ini dari petani sudah diharga Rp 29 ribu per kilogram,” imbuhnya.

Adapun untuk ikan yang mati miliknya sendiri ada sekitar 1,4 ton ikan nila merah. Dia mengaku pusing tujuh keliling hingga tak bisa tidur. Bagaimana tidak, jika dikalikan dengan harga saat ini, ia menderita kerugian hingga Rp 40 an juta.

Selain itu, ia juga masih harus membayar utang pakan yang telah diberikan ke ikan yang mati.

“Ya harapannya ada bantuan dari pemerintah begitu. Kalau tidak bisa pakan, yang bisa dibantu bibitnya saja,” katanya. (gim)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan