BATU (jatimlines.id) – Angka sasus penyakit yang ditularkan oleh gigitan nyamuk di Kota Batu di musim penghujan cukup tinggi. Tercatat hingga 17 Januari angka Demam Berdarah Dengue (DBD) mencapai 7 kasus, Demam Dengue (DD) dengan 2 kasus, Dengue Shock Syndrome (DSS) hanya 1 kasus.

Sedangkan untuk kasus yang berdampak kematian mencapai 1 kasus. Hal itu diungkapkan oleh Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, dr Susana Indahwati.

“Setiap tahun kasus DBD di Kota Batu selalu menjadi perhatian bagi Dinkes Kota Batu. Terlebih ketika ada penderita yang sampai meninggal dunia,” ujar Susan.

Dari data Dinkes Kota Batu, wilayah Kec. Batu menjadi penyumbang semua kasus. Sedangkan untuk Kec. Bumiaji dan Kec. Junrejo belum ada catatan kasus. Dengan 1 penderita meninggal dunia berada di Kelurahan Temas.

“Tingginya angka DBD di Kota Batu karena wilayah perkotaan. Kemungkinan besar nyamuk DBD berkembang biak pada genangan air di kaleng-kaleng bekas. Karena itu kami meminta agar masyarakat melakukan kerja bakti rutin di lingkungan masing-masing, terutama membersihkan adanya genangan air bersih,” bebernya.

Dengan jumlah kasus cukup tinggi di Kota Batu, Pemkot Batu melalui Dinkes telah berupaya meminimalisir kasus DBD dengan meningkatkan koordinasi dengan contact person RS. Sehingga data kasus DBD maupun DD dapat segera disampaikan ke Dinkes untuk selanjutkan dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE).

“PE dilakukan sebagai upaya memutus rantai penyebaran kasus DBD dengan meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu Puskesmas secara berkala juga melakukan pemantauan jentik bersama kader jumantik di tiap Desa/Kelurahan se Kota Batu,” terangnya.

Pihaknya juga menggencarkan sosialisasi PSN 3M. Yakni menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-lain. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi, toren air dan lain sebagainya.

Serta memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menularkan demam berdarah. Karena nyamuk aedes aegypti bertelur di genangan air bersih.

“Sedangkan untuk plus-nya kami minta masyarakat dengan kegiatan pencegahan DBD seperti menaburkan bubuk larvasida atau abate, menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur dan menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk,” ungkapnya.

Selain Ia juga ketiga suatu rumah ada yang menderita DBD, maka harus dilakukan penyisiran genangan air dengan radius 200 meter. Dengan tujuan agar tidak ada jentik nyamuk yang berkembang biak.

Sedangkan untuk kasus tahun 2023, tercatat ada DBD : 128 kasus, DSS : 1 kasus, DD : 111 kasus, MD : 1 di Mojorejo. Kemudian untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) mencapai 97 persen. (Adi)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan