Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang sarat makna, bukan sekadar lembaran kosong tanpa cacat. Seperti madrasah agung yang tiada henti mengajarkan kita pelajaran berharga, setiap luka yang menghiasi hari-hari kita adalah guru yang membentuk jiwa.

Setiap jatuh yang kita alami bukanlah kegagalan yang mematikan, melainkan undangan lembut dari Sang Maha Pengasih untuk kembali pada-Nya, menyelaraskan hati yang mulai terpecah.

Dalam liku hidup yang penuh warna ini, kita tak jarang tersesat ke dalam perangkap amarah, membiarkan kesedihan dan dendam merajai hati. Kita juga acapkali menjadi perih bagi orang lain, meninggalkan bekas yang tak terlihat namun begitu dalam. Namun, pada kenyataannya, Allah tidak menuntut kesempurnaan dari kita. Beliau hanya merindukan hamba-hamba-Nya yang tak pernah berhenti belajar, bertobat, dan terus berusaha memperbaiki diri meski berkali-kali terjatuh.

Dalam firman-Nya yang mulia, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Pesan ini begitu mendalam, mengingatkan kita bahwa pintu kasih sayang Allah senantiasa terbuka lebar untuk siapa saja yang meletakkan(sejenak) kesalahannya, mengikhlaskan segala dosa lewat taubat yang tulus.

Tak hanya dari Al-Qur’an, Rasulullah ﷺ juga menegaskan hal ini dengan sabda-Nya:
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang bertobat.” (HR. Tirmidzi)

Kata-kata mulia ini memberi harapan dalam keputusasaan, bahwa tidak ada insan yang luput dari kesalahan, dan yang paling terhormat adalah mereka yang sadar dan kembali memperbaiki jalan.

Maka, dalam rancak perjalanan ini, janganlah kita terus menggenggam penyesalan yang hanya memperberat beban hati. Lembutkanlah hati dengan maaf—untuk diri sendiri dan untuk sesama. Peluklah jiwamu dengan harapan yang tulus, karena setiap helaan nafas adalah kesempatan baru yang diberikan Allah untuk menapaki hidup dengan lebih baik.

Masa lalu mungkin menyimpan luka dan duka yang tiada terperi, namun jangan biarkan bayangnya menghalangi cahaya masa depan. Allah, dengan kasih-Nya yang tak bertepi, selalu membuka pintu baru bagi jiwa yang bersungguh-sungguh ingin kembali. Keterbukaan hati, keikhlasan batin, dan ketulusan dalam bertobat menjadi kunci utama membuka gerbang rahmat-Nya.

Hidup sebenarnya adalah puisi yang tidak pernah berhenti ditulis. Setiap tetes air mata, setiap gores luka, bahkan setiap tawa dan bahagia adalah bait-bait indah yang melengkapi rangkaian maknanya. Saat kita sadar bahwa kelemahan dan kesalahan adalah bagian alami dari manusia, maka dengan rendah hati kita dapat terus bermetamorfosis menjadi insan yang lebih baik, secermin kasih dan rahmat Ilahi.

Dalam sujud dan doa, mari kita panjatkan permohonan agar selalu dimampukan oleh-Nya untuk menerima diri sendiri, belajar dari kesalahan, dan menciptakan kehidupan yang penuh keindahan batin dan kedamaian jiwa. Karena sesungguhnya, kembali kepada-Nya berarti menemukan makna hakiki hidup dan kebahagiaan sejati yang tiada tandingannya.

Semoga kita senantiasa diberi kekuatan untuk melangkah maju, bertumbuh dalam kasih, dan menebar kebaikan tanpa lelah. Insya Allah, setiap jalan yang kita tapaki dengan hati yang ikhlas dan niat yang benar akan membawa kita pada kebahagiaan yang hakiki, baik di dunia maupun akhirat.

Penulis: Ekowin

Editor: Sarpin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri