Manajemen Waktu dan Konsistensi Ibadah: Kunci Meraih Keberkahan Usia

Ustadz Rozaqul Hasan waktu Kothbah shalat Jum’at

PASURUAN, 4 Juli 2025 – Setiap detik dalam hidup adalah anugerah dan modal berharga yang tak dapat diulang. Pesan ini menjadi inti khotbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Rozaqul Hasan dari Pesantren SPEAM Kota Pasuruan di Masjid Darul Arqom Muhammadiyah Kota Pasuruan, Jawa Timur, hari ini.

Dalam khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan menekankan pentingnya manajemen waktu yang efektif dan konsistensi dalam berbuat kebaikan sebagai bekal utama di akhirat.

Mengawali khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan mengingatkan bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki batas, termasuk usia manusia. Berbeda dengan harta atau jabatan yang bisa dicari kembali, setiap detik waktu yang berlalu tidak akan pernah bisa kembali.

“Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Imam Tirmidzi, ‘Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya. Dan seburuk-buruk manusia adalah yang panjang umurnya dan buruk amal perbuatannya’,” kutip Ustadz Rozaqul Hasan.

Hadis ini, menurutnya, menyajikan dua potret kontras: usia panjang yang menjadi nikmat jika diisi kebaikan, atau sebaliknya, menjadi bencana jika dipenuhi kemaksiatan.

Kebaikan Kecil yang Konsisten, Jalan Menuju Rahmat Allah

Ustadz Rozaqul Hasan menekankan pentingnya mengisi setiap detik waktu dengan amal kebaikan. Mengutip Surah Al-A’raf ayat 56, “
inna raḥmatallaˉhi qarıˉbum minal-muḥsinıˉn
” (Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik),
ia mengajak jamaah untuk tidak menunggu proyek besar untuk berbuat baik.

“Cukup kita menanam satu kebaikan saja, maka rahmat Allah akan mendekat kepada kita,” ujarnya.

Kebaikan bisa dimulai dari hal sederhana seperti senyuman tulus, sedekah kecil, atau menyingkirkan duri di jalan. Kebaikan-kebaikan kecil yang rutin dilakukan, jika dikerjakan secara konsisten, akan menjadi pintu gerbang menuju cinta Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda, “
aḥabbul-a’maˉli ilallaˉhi adwaˉmuhaˉ wa in qalla
” (Amal yang paling dicintai Allah adalah yang berkesinambungan, meskipun sedikit).

Ustadz Rozaqul Hasan menjelaskan bahwa kualitas amal diukur dari konsistensinya, bukan hanya volumenya sesaat. Sebagai contoh, shalat dua rakaat sunah yang rutin dilakukan setiap hari lebih baik daripada shalat delapan rakaat namun kemudian vakum beberapa hari.

Manajemen Waktu ala Imam Al-Ghazali: Kunci Disiplin Diri

Untuk mencapai konsistensi ini, Ustadz Rozaqul Hasan mengutip Imam Al-Ghazali dalam kitabnya: “Dan engkau tidak akan mampu melaksanakan perintah Allah dalam bentuk melakukan amal saleh, kecuali jika engkau bisa menata waktumu dan menata jadwal aktivitas harianmu dari pagi hingga sore.”

Manajemen waktu ala Imam Al-Ghazali ini, lanjut Ustadz Rozaqul Hasan, tidak hanya mencakup ibadah mahdzoh, tetapi juga aktivitas umum seperti bekerja, belajar, bahkan istirahat. Rutinitas yang moderat akan menjaga semangat dan waktu agar tidak terjebak dalam hal-hal tidak bermanfaat. Rekreasi pun, katanya, diperlukan untuk menjaga kesegaran tubuh dan produktivitas dalam beramal saleh.

Cara paling praktis dalam mengatur waktu adalah dengan menjaga shalat lima waktu. Nasihat ulama besar Abdul Hasan al-Syazili, “
kil nafsaka wa zin bis¸​-s¸​alaˉh
” (ukur dirimu dan bandingkan dengan shalat), menggarisbawahi hal ini.

Siapa pun yang shalat tepat waktu, sesungguhnya ia mendidik diri untuk taat pada aturan. Disiplin shalat akan menular pada aspek lain dalam hidup: tidak terlambat rapat, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan menepati janji. Shalat, menurutnya, bukan hanya ritual, melainkan pusat gravitasi yang menyelaraskan seluruh agenda hidup seseorang.

Muhasabah Diri: Mempersiapkan Bekal untuk Hari Kemudian

Mengakhiri khotbahnya, Ustadz Rozaqul Hasan mengingatkan jamaah akan firman Allah dalam Surah Al-Hashr ayat 18: “
Yaˉ ayyuhallaz˙ıˉna aˉmanuttaqullaˉha waltaṇẓur nafsum maˉ qaddamat ligad, wattaqullaˉh, innallaˉha khabıˉrum bimaˉ ta‘maluˉn
” (Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).

Ayat ini menyerukan muhasabah atau mengaudit diri setiap hari sebelum datangnya hari perhitungan.

Ustadz Rozaqul Hasan menyarankan beberapa langkah praktis untuk mengatur waktu agar tidak terbuang sia-sia:

  1. Menulis agenda harian: Menjadwalkan waktu untuk shalat, membaca Al-Qur’an, bekerja, berolahraga, hingga waktu untuk keluarga.
  2. Memulai dari hal kecil: Jika sulit membaca satu juz Al-Qur’an, cukup satu halaman setiap hari yang penting disiplin.
  3. Memanfaatkan teknologi: Mengatur pengingat waktu shalat, memasang aplikasi Al-Qur’an dan perpustakaan digital di ponsel, serta membatasi waktu scrolling media sosial.
  4. Merencanakan waktu istirahat:
  5. Menjadwalkan rekreasi, misalnya di akhir pekan, dengan niat menyegarkan jiwa dan memperbarui stamina.

“Tidak ada kata terlambat, selama hidup kita belum berakhir, pintu tobat senantiasa terbuka untuk kita semua,” pungkas Ustadz Rozaqul Hasan, berharap Allah senantiasa membimbing umatnya untuk memanfaatkan sisa usia dengan sebaik-baiknya. (*)

Penulis: Firnas Muttaqin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri