Memahami Arti Sejati Istiqomah Dalam Perspektif Islam

PASURUAN — Dalam sebuah ceramah Ahad pagi (29/6/2025) di Masjid Al Ikhlas, Kebonagung, Kota Pasuruan, Ustadz Umar menjelaskan makna mendalam dari kata istiqomah yang sering diulang dalam ajaran Islam. Kata ini bukan sekadar bermakna “lurus,” tetapi menurut para ulama, baik klasik maupun kontemporer, istiqomah adalah sikap konsisten dan kontinyu dalam mempertahankan kebaikan.
Ustadz Umar menjabarkan tiga bentuk istiqomah yang perlu diterapkan dalam kehidupan seorang Muslim:
- Istiqomah dalam Aqidah (Keyakinan)
Istiqomah adalah mempertahankan keyakinan kepada Allah SWT dalam keadaan apa pun, baik saat senang maupun susah. Ia mencontohkan kisah pembantu Fir’aun, Masyitah, yang tetap teguh pada imannya meski keluarganya disiksa di depan matanya.
“Ketika kita dalam keadaan lapar, miskin, dan ada yang merayu kita untuk murtad, kita harus tetap mempertahankan akidah,” tegasnya.
- Istiqomah dalam Akhlak (Sikap)
Istiqomah dalam akhlak berarti menjaga perilaku, tutur kata, dan sikap di mana pun kita berada. Hal ini mencakup cara berbicara dan bertindak, yang harus selalu dijaga konsistensinya.
- Istiqomah dalam Hukum Allah (Syariah)
Mempertahankan hukum Allah bukanlah hal yang kaku, melainkan melalui sebuah proses. Ustadz Umar memberikan contoh kasus seorang wanita yang mengaku berzina kepada Rasulullah SAW. Rasulullah tidak serta-merta menghukum, melainkan bertanya dan memastikan kondisi kejiwaan wanita tersebut.
“Jadi, hukum Allah itu bukan saklek, tidak, tapi ada prosesnya,” jelasnya.
Istiqomah dalam Ritual Ibadah
Lebih lanjut, Ustadz Umar menjelaskan bahwa istiqomah juga mencakup ibadah ritual seperti shalat lima waktu dan mengaji. Ia menekankan bahwa istiqomah bukan berarti menghabiskan seluruh waktu untuk beribadah, tetapi menjalankannya sesuai aturan dan waktu yang telah ditentukan oleh Allah.
“Shalat terus-menerus itu juga jelek. Ada waktunya, ada aturannya,” ujarnya.
Ia juga mencontohkan shalat sunnah rawatib mu’akkadah yang dianjurkan untuk dikerjakan secara istiqomah, seperti dua rakaat sebelum Subuh dan dua rakaat sebelum dan sesudah Zuhur.
Dua Kata Kunci dalam Menyikapi Keadaan: Subhanallah dan Masyaallah
Ustadz Umar juga meluruskan penggunaan kata-kata zikir yang sering keliru. Menurutnya, Subhanallah diucapkan saat melihat atau mendengar hal yang buruk dan mungkar. Sementara itu, Masyaallah diucapkan saat melihat keindahan ciptaan Allah, seperti pemandangan alam Bromo atau Semeru.
Ia juga menyinggung tentang pentingnya membaca istighfar (Astagfirullah) saat menyadari dosa atau kemaksiatan.
Janji Allah bagi Orang yang Istiqomah
Ustadz Umar mengutip firman Allah dalam Surat Fushilat (41:30)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ اَ لَّا تَخَا فُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَ بْشِرُوْا بِا لْجَـنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.””
(QS. Fussilat ayat 30)
dan Surat Al-Ahqaf (46:13) yang menyebutkan janji Allah bagi hamba-Nya yang istiqomah:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَا لُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَا مُوْا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati.”
(QS. Al-Ahqaf 46: Ayat 13)
Ia memberikan contoh nyata tentang bagaimana umat Islam di Palestina tidak gentar menghadapi musuh dengan senjata canggih. “Mereka tidak takut. Kekuatan mereka sebenarnya berasal dari Allah,” ujarnya.
Bagi generasi saat ini, terutama Generasi Z yang kerap khawatir tentang masa depan, istiqomah menjadi kunci. “Kalau kamu menghadapi masalah bersama Allah dan berusaha sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan fasilitas kepadamu. Itu janji Allah,” tegasnya.
Ia menutup ceramahnya dengan pesan bahwa istiqomah tidak hanya soal ibadah, tetapi juga perlu dibarengi dengan usaha di dunia. Memiliki keahlian dan menguasai teknologi menjadi hal penting agar umat Muslim tidak “dihinakan” oleh orang-orang lain. Dengan berpegang pada aqidah, akhlak, dan syariah yang kuat, seorang Muslim akan mendapatkan jaminan Jannah (surga), baik di dunia maupun di akhirat.
Penulis: Firnas Muttaqin