Dalam pusaran zaman yang terus bergulir dengan derasnya, sebuah kelahiran seharusnya tidak menjadi polemik yang menimbulkan kontra, melainkan momen yang patut dirayakan dengan suka cita dan doa tulus. Begitulah semestinya, ketika sebuah gagasan lahir, maka semestinya pula ia disambut dengan tangan terbuka dan hati yang lapang, dikutip dari artikel Jambo Budaya yang saya kembangkan.
Pada tahun 2018, Pusat Studi Apresiasi dan Interpretasi (PUSAI) resmi hadir, menjadi ruang pengkajian dan gerakan sastra yang komprehensif, memberikan ruang bagi puisi dan kebudayaan untuk berkembang. Namun, baru pada September 2025 ini, kami, para pegiat dari Jambo Budaya, hadir untuk merayakan kelahiran PUSAI secara mesra dan penuh makna, mengiringi perjalanan dan doa yang terus mengalir agar karya dan semangatnya tetap hidup dan bergaung jauh.
Dalam semangat kebersamaan dan silaturahmi intelektual, melalui postingan ini kami mengajak para tokoh penggerak sastra Indonesia yang telah menjadi pelita dalam kegelapan: Din Saja, Eko Windarto, dan tentu saja Sugiono Empe, sang pencetus PUSAI, untuk duduk bersama dalam sebuah dialog interaktif yang akan terselenggara melalui kanal Facebook Jambo Budaya. Sebuah ruang digital yang kelak akan menjadi saksi bisu pertemuan pikiran dan jiwa, tempat diskusi mendalam tentang makna, arah, dan tantangan sastra kontemporer di negeri ini.
Pembahasan teknis mengenai waktu, format, dan mekanisme dialog akan menjadi perhatian utama seiring berjalannya rencana, namun yang terpenting adalah semangat keterbukaan dan kolaborasi yang hendak kami suarakan. Siapakah yang sudi dan berminat bergabung? Siapa yang bersedia menyisipkan jaring-jaring pikirannya ke dalam jejaring sastra yang sedang kami tenun?
Penulis: Eko Windarto