Sekarang ini banyak orang yang punya kebiasaan makan sambil nonton, entah itu YouTube, drama Korea, atau video mukbang. Buat sebagian orang, terutama yang makan sendirian, tontonan itu jadi teman makan biar nggak terasa sepi. Tapi, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ini bisa berdampak ke pola makan dan juga perasaan kesepian.

Sebuah penelitian terbaru di Tiongkok (Wang, Gao, & Li, 2024) menemukan bahwa rasa kesepian punya hubungan erat dengan kebiasaan makan tidak sehat. Anak-anak yang kesepian lebih sering makan berlebihan, ngemil makanan tidak sehat, bahkan menjadikan tontonan sebagai teman makan. Hasil ini mirip dengan temuan Robinson dan Higgs (2013), yang melihat bahwa orang makan lebih banyak ketika sambil nonton TV atau video. Bahkan, mereka jadi nggak sadar berapa banyak yang sudah dimakan.

Fenomena ini disebut juga “mindless eating,” istilah yang dipakai Keller dan van der Horst (2013). Artinya, orang makan tanpa benar-benar memperhatikan rasa kenyang karena fokusnya teralihkan ke tontonan. Ditambah lagi, Wansink dan Park (2001) menunjukkan bahwa film atau suasana tertentu bisa bikin orang merasa makanan lebih enak dari biasanya, sehingga porsi yang dihabiskan juga makin besar.

Kalau dilihat dari sisi emosi, penelitian Macht dan Simons (2011) menjelaskan bahwa banyak orang menggunakan makanan untuk mengatur emosi mereka. Saat merasa kesepian atau stres, makan jadi pelarian, apalagi kalau ditemani tontonan. Hal ini sejalan dengan penelitian Shin dan Kim (2021) yang melihat bahwa orang yang kesepian, terutama di masa pandemi, makin sering mengandalkan media digital saat makan.

Di sisi lain, ada penelitian Dwyer, Kushlev, dan Dunn (2018) yang memperingatkan bahwa penggunaan smartphone bisa mengurangi kualitas interaksi langsung dengan orang lain. Jadi walaupun menonton sambil makan terasa seperti punya teman, sebenarnya hal itu bisa memperkuat rasa terisolasi karena kesempatan untuk berinteraksi secara nyata jadi berkurang.

Kalau kita tarik ke konteks Indonesia, fenomena ini sangat relevan. Tren menonton mukbang atau drama Korea sambil makan sudah jadi hal yang biasa. Banyak remaja dan mahasiswa rantau mengaku lebih suka makan sendiri di kos sambil menonton HP karena itu terasa lebih menyenangkan daripada makan sendirian dalam diam. Survei Kementerian Kesehatan RI (2022) bahkan menyebutkan bahwa anak muda Indonesia mengalami tingkat kesepian yang cukup tinggi, apalagi sejak pandemi. Sebuah penelitian kecil di Universitas Indonesia (2021) juga menemukan bahwa remaja sering menjadikan tontonan digital sebagai “teman makan” saat sendirian.

Contohnya, seorang mahasiswa di Jakarta bisa merasa lebih nyaman makan malam sambil nonton drama Korea. Di satu sisi, aktivitas ini memang membantu mengurangi rasa sepi. Tapi di sisi lain, menurut Robinson dan Higgs (2013), menonton sambil makan membuat orang lebih mudah makan berlebihan. Ditambah dengan temuan Wang et al. (2024), jelas bahwa ada hubungan antara kesepian, media, dan kebiasaan makan yang kurang sehat.

Jadi, bisa dibilang kebiasaan makan sambil nonton adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, membantu mengurangi rasa sepi. Tapi di sisi lain, kebiasaan ini bisa bikin kita makan lebih banyak dan memilih makanan yang kurang sehat. Fenomena yang terjadi di Indonesia ternyata punya pola yang sama dengan temuan internasional. Karena itu, menarik kalau ke depan ada penelitian khusus di Indonesia yang meneliti lebih jauh dampak kebiasaan ini, baik dari sisi kesehatan fisik maupun psikologis.

Penulis: Lulu

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri