Menariknya, dua gambar yang viral dan digunakan dalam kritik ini memperlihatkan kontras nilai:
- Logo OSN (Rubik) — Simbol intelektualitas, struktur, dan pemecahan masalah.
- Logo Bajak Laut One Piece (Topi Jerami Luffy) — Ikon dari dunia fiksi, tetapi juga mencerminkan perlawanan terhadap sistem yang bobrok, kecerdikan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Netizen melihat ironi: anak-anak jujur dan cerdas tersingkir, sementara sistem tidak memberi kesempatan bertanding ulang secara fair.
Refleksi Sistem Pendidikan: Adil atau Abai?
Kisah ini mengangkat pertanyaan lebih besar:
Apakah sistem seleksi pendidikan kita siap menghadapi tantangan teknologi modern seperti AI?
Ketika AI bisa digunakan untuk menyontek, namun sistem tidak punya mitigasi jelas, maka:
- Anak-anak jujur jadi korban.
- Anak-anak curang lolos, tapi kualitas OSN dipertaruhkan.
- Kepercayaan publik terhadap seleksi OSN bisa tergerus.
Masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan denial. Butuh keterbukaan dari lembaga seperti Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), untuk melakukan evaluasi serius, terutama menyambut OSP dan OSN Nasional yang lebih adil.
Menjelang 80 Tahun Indonesia Merdeka: Siapa yang Kita Bela?
Tahun ini bangsa Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan, namun justru makin terlihat bahwa kemerdekaan dalam pendidikan belum sepenuhnya merata. Anak-anak cerdas dari daerah, dari keluarga sederhana, yang belajar dengan jujur dan tekun, bisa tumbang hanya karena sistem yang belum siap menghadapi era AI.
Seperti simbol bajak laut dalam dunia fiksi One Piece—para pejuang muda itu mungkin bukan bajingan, tapi pemberontak yang menuntut keadilan. Dan seperti rubik yang rumit, masalah ini tak bisa diselesaikan dengan satu sisi saja.
Penutup: Mendengarkan Anak-Anak Jujur
Olimpiade bukan sekadar ajang juara, tapi cermin nilai bangsa.
Jika kita tidak mendengarkan suara anak-anak yang belajar dengan jujur, maka bangsa ini telah gagal sebelum perlombaan dimulai.
Kini bola ada di tangan Puspresnas:
- Akankah mereka membuka ruang keadilan dengan menambah kuota OSP?
- Atau justru membiarkan generasi jujur belajar sejak dini bahwa dunia ini tak adil?
“Karena kalau OSN saja tak adil, bagaimana kita berharap masa depan bangsa akan lebih baik?”
Penulis: Fim