Perubahan mulai terasa, seperti hembusan angin yang menggugah harapan. Namun, bagi sebagian besar jiwa di negeri ini, gelombang badai permasalahan masih belum usai menghantam.

Apakah benar kita sedang mengarungi samudra menuju pulau impian, atau justru hanyut terseret oleh aliran kepentingan tersembunyi yang tiada terlihat?

Korupsi, layaknya hantu yang tak pernah benar-benar lenyap dari lorong-lorong kekuasaan, terus merasuki sendi-sendi kehidupan bangsa. Bukan hanya jadi catatan hitam di lembar statistik, tapi juga menjadi luka yang menganga perlahan di tubuh sosial dan ekonomi kita.

Bayangan Gelap Korupsi dalam Hidup Sehari-hari

Kita mungkin sering menganggap korupsi sebagai sesuatu yang jauh, sesuatu yang terjadi di gedung megah Istana, atau di balik meja rapat elit para pejabat. Namun, fakta berkata lain. Korupsi bersemayam di balik keran air yang tak mengalir, di tumpukan sampah yang tak terangkut, di sekolah tanpa buku dan guru yang kurang, serta di rumah sakit yang memungut biaya berlebihan dari pasien sederhana.

Ini adalah korupsi dalam bentuk yang paling halus sekaligus paling kejam. Ia merusak kepercayaan, mengikis harapan, dan menunda masa depan ribuan bahkan jutaan rakyat kecil. Seperti angin kencang yang mengikis buih ombak, korupsi mengikis fondasi persatuan dan semangat gotong royong yang semestinya membangun negeri ini.

Menyibak Kabut Kepentingan yang Tak Kasat Mata

Kita tentu paham, arus kepentingan itu ada dan berjalan di bawah permukaan. Kadang terlihat samar, kadang jelas membentur-bentur susunan aturan. Para penumpang kapal—rakyat biasa—berjuang dengan tangan kosong, sementara beberapa oknum, entah sadar atau tidak, menambal kapal dengan bahan yang rapuh demi keuntungan pribadi.

Dalam dunia politik, misalnya, muncul banyak topeng janji. Kata-kata indah yang diungkapkan di podium berubah luntur saat suara-suara itu menjadi tawar dalam ruang koridor kekuasaan. Investasi publik yang seharusnya diprioritaskan berubah menjadi proyek padat modal yang lebih menguntungkan kelompok tertentu. Dana rakyat yang seharusnya memperkuat pondasi sosial malah disedot perlahan oleh praktik-praktik terselubung.

1 2

Penulis: Win

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri