Bekal Perjalanan Menuju Allah: Ustadz Bayu Prastiyo Ingatkan Pentingnya Shalat Berjamaah di Masjid

Pasuruan – Shalat berjamaah di masjid menjadi sorotan utama dalam khutbah Jumat yang disampaikan oleh Ustadz Bayu Prastiyo di Masjid Al-Ikhlas, Perumahan Kebun Jaya Kebonagung, Kota Pasuruan, pada Jumat, 18 Juli 2025. Dalam khutbahnya, Ustadz Bayu menekankan urgensi menjaga shalat, khususnya secara berjamaah, sebagai bekal penting dalam perjalanan menuju Allah SWT.
Balasan Amal dan Pentingnya Prioritas Hidup
Mengawali khutbahnya, Ustadz Bayu Prastiyo mengingatkan jamaah tentang perjalanan hidup menuju akhirat, di mana setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas amal perbuatannya. Beliau mengutip ayat Al-Qur’an tentang dua golongan manusia saat hari perhitungan:
- Orang yang menerima catatan amal dengan tangan kanan akan dihisab dengan mudah dan kembali kepada keluarganya dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan.
- Sebaliknya, orang yang menerima catatan amal dari arah belakangnya akan berteriak “celakalah aku” dan akan masuk ke dalam api neraka yang menyala-nyala.
1. Menerima Catatan Amal dari Kanan
- Penerimaan dari Kanan: Dalam Surah Al-Haaqqa (69:19–21), disebutkan bahwa orang-orang yang menerima catatan amal mereka dengan tangan kanan akan merasa sangat senang dan bahagia. Ini adalah tanda bahwa mereka termasuk golongan yang beriman dan beramal saleh. Contoh ayat: “Adapun orang yang diberikan kitab catatan amalnya di tangan kanannya, maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kembali kepada kaumnya yang mulia.”
- Makna: Menerima catatan amal dengan tangan kanan melambangkan rahmat, keberuntungan, dan kesuksesan di dunia dan akhirat.
2. Menerima Catatan Amal dari Kiri
- Penerimaan dari Kiri: Sebaliknya, orang yang menerima catatan amal mereka dengan tangan kiri adalah orang-orang yang berbuat keburukan. Dalam Surah Al-Haaqqa (69:25–26), dijelaskan bahwa mereka merasa takut dan menyesal. Contoh ayat: “Dan adapun orang yang diberikan kitab catatan amalnya di tangan kirinya, maka ia akan berkata: ‘Aduh, celakalah aku! Kiranya aku tidak diberi kitab catatanku.'”
- Makna: Menerima catatan amal dengan tangan kiri menandakan kehinaan, akibat dari perbuatan buruk yang dilakukan selama hidup.
Konsep penerimaan catatan amal, baik dari kanan maupun kiri, memiliki makna yang mendalam dalam Islam. Menerima catatan amal dengan tangan kanan merupakan tanda keberuntungan, sedangkan menerima dengan tangan kiri menandakan penyesalan dan kehinaan. Ini menjadi pengingat bagi setiap individu untuk berusaha menjadi orang yang beriman dan beramal saleh agar pada akhirnya mendapatkan catatan amal yang baik.
“Menyadari perjalanan menuju Allah yang kita sedang tempuh, baik dalam keadaan diingat ataupun lupa, maka kita wajib merenungkan dan mentadabburi ayat ini,” ujar Ustadz Bayu.
Beliau kemudian menyoroti bagaimana respons seseorang terhadap panggilan adzan menjadi cerminan prioritas hidupnya. Ada jamaah yang hatinya bergetar begitu adzan dikumandangkan, segera meninggalkan pekerjaan dan aktivitas untuk bergegas ke masjid, khawatir tertinggal shalat berjamaah. Ini menunjukkan bahwa mereka menjadikan Allah sebagai prioritas utama.
Sebaliknya, ada pula golongan yang lalai, yang ketika adzan berkumandang, tetap santai dan mengakhirkan shalatnya di rumah atau di tempat lain. Bagi mereka, shalat berjamaah bukanlah prioritas dalam kehidupan.

Ancaman Bagi yang Meninggalkan Shalat Berjamaah Tanpa Alasan Syar’i
Ustadz Bayu Prastiyo dengan tegas mengingatkan jamaah untuk bertaubat dengan taubat nasuha jika berani meninggalkan sunnah Nabi SAW, yaitu shalat berjamaah di masjid. Beliau mengutip pandangan ulama yang mewajibkan shalat berjamaah bagi laki-laki dewasa yang baligh dan sehat, tanpa halangan syar’i seperti hujan lebat atau sakit parah.
“Ketika dia tidak mendatangi masjid untuk shalat berjamaah, memilih shalat sendirian di rumah tanpa alasan syar’i, maka para ulama tegas, shalatnya tidak diterima, shalatnya akan menjadi batal,” jelas Ustadz Bayu.
Pendapat ini didasarkan pada fakta bahwa Rasulullah SAW tidak pernah sekalipun meninggalkan shalat berjamaah di masjid sepanjang hidupnya. Bahkan, Nabi SAW pernah memerintahkan para sahabat yang hadir setelah shalat selesai untuk membakar rumah-rumah yang di dalamnya ada laki-laki baligh dan sehat namun tidak melaksanakan shalat berjamaah di masjid.
Shalat Adalah Amalan Pertama yang Dihisab
Ustadz Bayu kembali menekankan dan mengingatkan bahwa shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab di Hari Kiamat.
“Jika salatnya baik, maka insya Allah semuanya akan dihisab dengan baik, buku catatan amal kita akan diterima dengan tangan kanan,” paparnya.
Namun, jika seseorang meremehkan shalat, terutama shalat berjamaah di masjid, dikhawatirkan buku catatan amalnya akan dilempar dari arah belakang, yang mengindikasikan perhitungan yang sulit di hadapan Allah SWT. Hal ini dapat berujung pada kecelakaan dan penyesalan di akhirat.
Mengakhiri khutbahnya, Ustadz Bayu Prastiyo berdoa agar Allah SWT menjadikan seluruh jamaah sebagai orang-orang yang bertaubat dengan sungguh-sungguh, senantiasa menjaga shalat dan seluruh amal ibadah dengan keikhlasan.
“Semoga Allah SWT memampukan kita menjadi orang-orang yang bertakwa dengan maksimal dan kita bisa menutup akhir kehidupan kita dengan khusnul khatimah,” tutupnya. (*)
Penulis: Fim