Pernyataan permohonan maaf yang disampaikan oleh Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), melalui akun X (Twitter), Kamis 18 September 2025, terkait acara di Universitas Indonesia menunjukkan beberapa poin penting:

  1. Pengakuan Kelalaian

Permohonan maaf ini dimulai dengan pengakuan atas “kelalaian yang menimbulkan keresahan.” Kata “kelalaian” menunjukkan bahwa masalah yang terjadi bukan karena niat buruk, melainkan adanya kesalahan atau ketidakcermatan dalam persiapan acara. Pernyataan ini secara langsung mengakui adanya dampak negatif yang dirasakan oleh publik.

  1. Penegasan Dukungan terhadap Palestina

Sebagai respons atas keresahan yang muncul, Yahya Staquf menegaskan kembali posisi Universitas Indonesia dan bangsa Indonesia yang “konsisten mendukung Palestina.”

Penegasan ini berfungsi untuk meredakan kekhawatiran publik dan mengklarifikasi bahwa insiden tersebut tidak mengubah sikap resmi Indonesia terhadap isu Palestina. Ia mengaitkan dukungan tersebut dengan “amanat konstitusi dan panggilan kemanusiaan,” yang memperkuat legitimasi sikap tersebut di mata masyarakat.

  1. Komitmen Kemanusiaan

Kalimat terakhir, “Kemanusiaan tak boleh kalah,” berfungsi sebagai penutup yang kuat.

Pernyataan ini bukan hanya tentang isu Palestina, tetapi juga tentang prinsip moral yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa inti dari permohonan maaf ini adalah komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan perlawanan terhadap penindasan.

Secara keseluruhan, permohonan maaf ini dirancang untuk mengatasi masalah yang ada secara langsung, mengklarifikasi posisi yang salah dipahami, dan mengakhiri dengan pernyataan prinsip yang mengikat.

Teks yang singkat dan padat ini berupaya memulihkan citra dan membangun kembali kepercayaan publik.

Penulis: Fim

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri