Pasuruan – sebuah kota pesisir di Jawa Timur, tak hanya dikenal dengan deru ombaknya, tetapi juga dengan denyut tradisi yang masih lestari. Salah satu tradisi yang paling memikat dan sarat makna adalah “Petik Laut”. Setiap tahun, pada pertengahan bulan syuro (Muharrom), masyarakat nelayan Kota Pasuruan menggelar perayaan ini sebagai bentuk syukur mendalam atas berkah hasil tangkapan ikan yang melimpah ruah sepanjang tahun. Rabu, 16 Juli 2025, menjadi saksi bisu kemeriahan Petik Laut yang kembali membanjiri perairan Pasuruan.

Petik Laut bukanlah sekadar ritual singkat, melainkan rangkaian kegiatan yang dijalin dengan kearifan lokal. Dimulai sehari sebelumnya, pada Selasa, 15 Juli 2025, suasana spiritual sudah terasa dengan digelarnya Khatmil Quran dan Sholawatan. Malam sebelum hari puncak dipenuhi dengan lantunan ayat suci dan syahdunya irama musik Islami, mempersiapkan batin seluruh peserta untuk perayaan akbar.

Puncaknya tiba pada hari ini, Rabu, 16 Juli 2025. Sejak pagi, pesisir Kota Pasuruan sudah ramai dengan aktivitas para nelayan yang sibuk menghias perahu mereka. Perahu-perahu yang sehari-hari menjadi tulang punggung pencarian nafkah, kini berubah menjadi karya seni terapung. Berbagai corak bendera warna-warni dan umbul-umbul berkibar gagah di setiap tiang, menambah semarak suasana dan mencerminkan semangat kegembiraan. Ratusan keluarga nelayan, dari anak-anak hingga orang tua, tumpah ruah di dermaga, tak ingin melewatkan momen istimewa ini.

Festival “Petik Laut” yang dilaksanakan di daerah Pasuruan.

Ketika tiba waktunya, rombongan perahu nelayan bergerak perlahan, membelah lautan menuju titik di mana tradisi akan mencapai puncaknya. Sesampainya di tengah laut, momen sakral pun tiba: pelarungan sesaji. Sebuah replika perahu kecil yang dihias indah, berisi kepala sapi dan nasi tumpeng, dilarung dengan khidmat ke dalam air. Simbol-simbol ini bukan sekadar persembahan, melainkan wujud rasa terima kasih kepada alam dan keyakinan akan keberlanjutan rezeki dari laut.

Di tengah gempuran modernisasi dan derasnya arus perubahan, Petik Laut di Pasuruan tetap bertahan. Tradisi ini bukan hanya menjadi penanda identitas budaya masyarakat pesisir, tetapi juga memiliki daya pikat kuat sebagai atraksi wisata. Keunikan ritual, keindahan perahu yang dihias, serta suasana kebersamaan yang terasa begitu hangat, berhasil menarik perhatian wisatawan dari luar daerah. Petik Laut menjadi bukti nyata bahwa warisan leluhur, ketika dipelihara dengan sepenuh hati, mampu beradaptasi dan terus relevan, bahkan menjadi magnet pariwisata yang membanggakan. Petik Laut adalah cerminan harmoni antara manusia, alam, dan tradisi, sebuah perayaan syukur yang tak lekang oleh waktu.

Penulis: Fim

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri