Dalam setiap tetes darah merah dan helaian putih bendera Merah Putih, tersimpan makna yang jauh melampaui warna semata. Puisi “Merah Putih Menyanyi” karya Eko Windarto tidak sekadar melantunkan kisah perjuangan dan pengorbanan, melainkan juga membangkitkan sistem tanda yang kaya akan simbol dan makna dalam ranah kolektif bangsa Indonesia.

Melalui lensa strukturalisme semiotik, puisi ini membuka tabir-diri warna merah dan putih sebagai penanda yang berinteraksi dalam suatu sistem tanda, menghadirkan narasi historis dan identitas yang terus hidup dalam jiwa anak negeri.

Pembukaan ini akan mengurai bagaimana puisi tersebut menarikan bahasa tanda, membongkar lapisan-lapisan simbol yang menyingkap dialog abadi antara masa lalu dan masa depan Indonesia.

Merah Putih Menyanyi

Karya: Eko Windarto

malam ini, merah putih menyanyi
lirih sekali
setiap detak hati, merasakan jeritan para pejuang kembali

malam ini, darah merah dan tulang mu yang putih menyanyi
di antara biola para priyayi dan nadi muda mudi yang takut kehilangan sunyi

di balik lembayung senja yang merunduk,
senandung meratap merayap di antara peluh dan debu,
menggugah jiwa-jiwa yang tertidur dalam kepingan kenangan,
menggenggam sisa-sisa nyala api dalam cawan kelam masa lalu.

merah itu bukan sekadar warna,
melainkan darah yang pernah tumpah,
menziarahi akar-akar cerita di tanah retak tanpa pamrih,
berbisik pada angin, pada tanah, pada langit yang berlinang bintang.

putih itu bukan sekadar salju yang dingin,
melainkan tulang-tulang harapan yang menari di antara bayang-bayang,
adalah jiwa-jiwa yang terpahat oleh waktu,
yang tak pernah lelah berbisik tentang doa dan pengorbanan.

dan malam ini,
langit menadah setiap lara, setiap rindu yang tak terucap,
dalam gema sunyi yang merunduk malu,
menyusun nada demi nada, kata demi kata, merajut saksi tanpa kata-kata.

merah dan putih menyanyikan lagu tentang luka yang tak pernah pudar,
tentang keberanian yang terpatri di relung sunyi,
tentang doa-doa yang memeluk setiap helaan napas pejuang,
yang walau pergi, tetap hidup dalam nyanyian langit malam yang kekal.

ketika angin membawa aroma tanah basah dan janji yang menggema,
mereka yang gigih berjuang dalam diam,
tersirat dalam bisu puisi yang menetes dari kelopak waktu,
menghantar malam ini pada sunyi yang abadi.

malam ini, merah putih tak hanya menyanyi,
mereka bernyanyi dalam alunan hati yang teriris,
melodi sunyi yang menumbuhkan cinta dan pengorbanan,
mewarisi arus zaman yang terus mengalir tanpa henti.

Batu, 5 Agustus 2025

1 2

Penulis: Win

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri