Ensiklopedia Islam

TAUBAT DAN MATI SYAHID DI MEDAN PERTEMPURAN SERTA MASA DEPAN DI AKHIRAT
Allah SWT menerima taubat siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan pintu taubat selalu terbuka bagi hamba-Nya hingga datangnya hari kiamat atau saat kematian menjemput. Namun, ada syarat taubat yang diterima yaitu taubat nasuha, yaitu taubat yang dilakukan dengan penyesalan yang tulus, berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa, dan berusaha memperbaiki diri.
Ustadz Abu Qosim di pengajian Senin (4/8/2025) menjelaskan bahwa Allah menerima tobat siapa saja yang dikehendaki-Nya, jika ia mau bertobat. Misalnya, jika orang kafir kalah dalam perang, lalu ia bertobat kepada Allah dan masuk Islam, maka Allah akan mengampuninya, meskipun sebelumnya ia telah banyak membunuh orang Islam, seperti yang dilakukan oleh Abu Sufyan. “Wawwahu alimun hakim,” bahwasanya Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Keutamaan Berjuang di Jalan Allah dan Mati Syahid
Pada pengajian Senin lalu telah dijelaskan tentang keutamaan orang yang berjuang di jalan Allah. Kalau dia terbunuh dan syahid, dia akan diberikan kemuliaan:
- Dosa-dosanya diampuni bersama tetesan darah yang pertama. Sebelum darah itu menetes ke tanah, dosanya sudah diampuni oleh Allah, kecuali utang.
- Diperlihatkan tempatnya di surga. Sebelum kiamat dan masuk surga, dia sudah bisa melihat tempatnya. “Oh, ini tempat saya nanti kalau sudah terjadi kiamat.” Itu diperlihatkan oleh Allah SWT.
- Ketika nyawanya dicabut dan ia dimasukkan ke liang kubur, kuburnya akan diluaskan sejauh pandangan mata. Ada kebun-kebun dan taman-taman yang indah.
- Ruhnya dibawa naik ke langit, yaitu di Illyin, dan di sana diserupakan dalam bentuk burung yang berwarna hijau, terbang ke sana kemari. Allah memberikan rezeki.
Allah berfirman,
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَا تًا ۗ بَلْ اَحْيَآءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki,”
(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 169)
Nabi bersabda, “Seandainya saya tidak takut umatku ini kehilangan pemimpin, saya ingin di medan perang itu paling depan, lalu saya terbunuh mati syahid. Lalu dikembalikan lagi ke dunia, perang lagi, mati syahid lagi. Lalu dikembalikan ke dunia, perang lagi, mati lagi, sampai sepuluh kali,” kata Nabi, karena besarnya balasan yang Allah berikan kepada orang yang mati syahid.
Orang yang mati ketika berjuang membela agama Allah juga akan aman dari kesulitan pada hari kiamat, yaitu ketika matahari didekatkan di atas kepala. Allah akan memberikan pertolongan, keamanan, dan naungan. Dia juga aman dari azab kubur dan diberikan perhiasan-perhiasan keimanan. Inilah keutamaan orang yang mati di medan perang membela agama Allah.
Menolong Agama Allah
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنْ تَـنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَا مَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 7)
Ustadz Abu Qosim menjelaskan bahwa maksud dari “menolong agama Allah” adalah berdakwah, menyebarkan agama Allah di muka bumi, seperti memakmurkan masjid dengan pengajian dan kegiatan sosial.
Ini seperti di Surat Haji ayat 40, “walayansurannallahu mayyansuruhu” (Sungguh, benar-benar Allah akan menolong siapa saja yang menolong agama-Nya). Artinya, balasan itu sesuai dengan amal perbuatan. Orang yang menolong agama Allah, maka Allah pun akan menolongnya.
“Wa yusabbit aqdamakum” artinya Allah akan meneguhkan pendirianmu. Ini berarti iman akan bertambah kuat dan kokoh, sehingga termasuk di akhirat kelak, ketika melewati sirathal mustaqim, dia tidak akan terpeleset karena kakinya kuat dan kokoh. Ketika menyeberangi sirathal mustaqim yang ada di atas neraka Jahanam, dia akan selamat. Inilah maksud “yusabbit aqdamakum”.
Makanya kalau ada orang meninggal, doanya adalah “yusabbitullahu bil-qoulis tsabit” (Ya Allah, teguhkanlah dia dengan ucapan yang teguh), maksudnya kalimat syahadat.
Begitu juga, “wa yusabbit aqdamakum”, orang yang menolong agama Allah, Allah teguhkan kakinya, maksudnya ketika lewat di atas sirathal mustaqim pada hari kiamat dia tidak akan tergelincir atau terjatuh ke dalam neraka.
Perbedaan Mukmin dan Kafir di Akhirat
Adapun orang-orang kafir itu kelak di akhirat akan celaka. Orang kafir akan terpeleset, bahkan tidak sempat lewat di atas jembatan shirothol mustaqim yang membentang di atas neraka, dia sudah didorong dulu oleh malaikat, sehingga dia terjatuh ke dalam neraka Jahanam. Ini kebalikan dari orang mukmin.
Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, orang kafir tidak menyembah Allah, tapi mereka menyembah dunia, karena hidup orang kafir itu hanya mencari kesenangan dunia saja.
Allah mengatakan, “taisa abdu dinar" (celakalah hamba dinar), "ta
isa abdu dirham” (celakalah hamba dirham), “ta`isa abdu khumailah” (celakalah hamba permadani), yang melambangkan kemewahan-kemewahan dunia. Karena orang kafir seperti itu, ketika lewat di atas sirathal mustaqim mereka akan tergelincir.
Ini juga sebagaimana Allah nyatakan pada QS Muhammad ayat 12,
اِنَّ اللّٰهَ يُدْخِلُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَ نْهٰرُ ۗ وَا لَّذِيْنَ كَفَرُوْا يَتَمَتَّعُوْنَ وَيَأْكُلُوْنَ كَمَا تَأْكُلُ الْاَ نْعَا مُ وَا لنَّا رُ مَثْوًى لَّهُمْ
“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia), dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.”
(QS. Muhammad 47: Ayat 12)
Ini sindiran dari Allah. Karena hidupnya orang kafir itu hanya untuk dunia—makan, minum, dan seterusnya—dia tidak punya orientasi tujuan hidup di akhirat. Maka, kata Allah, keinginannya dipenuhi di dunia. Hidupnya enak ketika di dunia, tapi nanti di akhirat, “wannaru maswalahum” (neraka lah tempat tinggal mereka).
Sejarah sebagai Pelajaran
Allah SWT menyuruh orang-orang kafir di Mekah untuk melihat sejarah masa lalu, atau jasmerah (jangan melupakan sejarah). Artinya, sejarah orang-orang dulu itu dipelajari untuk diambil pelajaran.
Penulis: Win