Pembaca, pernahkah kita bertanya: apakah cinta kita sudah cukup untuk menyembuhkan luka itu? Atau kita hanya sibuk menuntut kesetiaan dari seseorang yang dulu juga butuh disayangi?

Ilustrasi.

Refleksi: Menjadi Tempat untuk Merajut Kembali

Salah satu cara terbaik untuk menanggapi kisah-kisah seperti ini adalah dengan belajar menjadi tempat yang aman untuk orang-orang di sekitar. Tempat di mana mereka bisa merdeka mengekspresikan rasa, sekaligus disayangi tanpa syarat atau kepura-puraan.

Jika ruang kejujuran dan pengertian itu tercipta, semoga ruang kosong yang selama ini dipenuhi oleh orang-orang asing dan sementara bisa bertransformasi menjadi kehangatan rumah yang sesungguhnya.

Penutup: Sebuah Ode bagi Mereka yang Terjebak di “Tempat Selingkuh”

Begitulah cerita tentang tempat selingkuh bukan cuma soal menukarkan tubuh dan rasa, melainkan juga cerita tentang pencarian, kesepian, dan harapan yang tak pernah sepenuhnya padam. Sebuah ode untuk mereka yang terjebak dalam ruang itu, dalam dinding-dinding sunyi yang sering tak terdengar.

Semoga tulisan ini menjadi ruang tenang bagi hati yang sedang bimbang, dan ruang kontemplasi bagi batin yang ingin jujur menghadapi rasa. Setelah membaca, marilah kita belajar untuk lebih ramah pada luka, menghapus stigma, dan mulai mendengarkan cerita yang sering tersembunyi di balik wajah-wajah biasa.

Karena pada akhirnya, di balik setiap selingkuh, atau setiap ruang batin yang terisi orang asing, ada manusia yang hanya ingin sekali merasa dimiliki.

1 2

Penulis: Win

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri