Kalau kamu pernah mikir, Al-Qur’an itu kitab suci yang isinya ribuan ayat—tepatnya 6.236 ayat, nggak salah tuh? Nah, kalau semua ayat ini “diperas” atau disaring jadi esensi utama, maka yang tersisa hanyalah satu kata: taqwa.
Kalau ditarik lagi lebih sederhana, taqwa itu bisa dipilah menjadi tiga sikap utama yang kalau kita pelajari dan jalani, hidup bakal jauh lebih bermakna dan bermutu. Buat kamu yang pengin hidup kece dengan jiwa yang damai, yuk simak 3 pilar taqwa ini!
Berinfaq Dalam Kondisi Apa Pun: Lapang Maupun Sempit
Berinfaq di sini bukan sekedar ngomongin soal duit aja, ya. Tapi lebih luas lagi, yaitu memberi apa pun yang bisa kita bagi dengan orang lain—entah tenaga, waktu, perhatian, maupun materi. Jadi, kalau lagi “lapang,” ya berikan dengan senang hati, dan ketika lagi “sempit” alias pas lagi sulit pun jangan pelit-pelit amat.
Ini bukan cuma soal sedekah formal, tapi soal spirit berbagi yang tulus. Lagian, hidup itu bukan soal gimana banyak barang kita punya, tapi gimana kita membantu orang lain merasa lebih baik. Karena sejatinya, kita nggak pernah berjalan sendirian di dunia ini.
Mengontrol Ego: Nggak Mudah Marah Itu Keren
Siapa sih yang nggak pernah kesel, bete, atau marah? Jadi manusia memang wajar punya emosi itu. Tapi… apakah kamu pernah sadar kalau salah satu tanda taqwa itu adalah kemampuan mengontrol ego?
Gak gampang marah adalah skill level dewa yang nggak semua orang bisa kuasai. Kalau kamu bisa tahan diri buat nggak meledak saat situasi panas, itu berarti kamu sedang latihan jadi pribadi yang penuh taqwa. Salah satu cara ampuh untuk ngelatih kontrol ego ini adalah puasa. Bukan cuma menahan lapar dan haus, tapi belajar menahan hawa nafsu lain—marah, iri, dan lain-lain.
Puasa ngajarin kita bahwa menahan diri itu penting, bukan hanya buat diri sendiri tapi juga buat orang lain. Lewat puasa, kita belajar empati pada mereka yang kesusahan, terutama fakir miskin. Jadi, puasa itu pada dasarnya melatih “hak” kita yang biasa dipakai seenaknya, supaya bisa lebih peduli sama orang lain.
Skill Untuk Memaafkan: Nggak Ada yang Instan, Semua Perlu Proses
Memaafkan adalah salah satu hal tersulit yang kadang malah kayak “boss level” dalam hidup. Tapi, percaya deh, memaafkan itu bukan cuma perkara hati yang lembut, tapi skill yang butuh dilatih.
Jangan heran kalau kadang kamu merasa susah banget buat memaafkan. Itu normal! Tapi yang bikin keren adalah ketika kamu terus belajar membuka hati dan memberi kesempatan kedua—baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Kalau sudah bisa melatih diri untuk memaafkan, kamu bakal ngerasain hidup jadi lebih ringan, bebas dari beban dendam yang selama ini cuma bikin sesak napas. Memaafkan bukan berarti kamu “menyetujui” kesalahan, tapi kamu memilih untuk nggak terjebak dalam racun amarah yang merusak kebahagiaan.
Kasih, Bukan Kasihan: Memberi Dengan Hati, Bukan Dengan Rasa Minder
Memberi itu harus dari hati, bukan karena kasihan. Ada bedanya besar banget antara kasih dan kasihan. Kalau kasih itu tulus dan penuh empati, sedangkan kasihan sering bikin orang yang dikasih merasa rendah diri.
Jangan sampai saat kamu memberi, apa pun itu—kebaikan, bantuan, perhatian, kamu bikin orang lain merasa nggak berdaya. Sebaliknya, beri dengan cinta, beri dengan rasa hormat, dan jadikan proses memberi sebagai cara untuk menyebarkan energi positif.
Kesimpulan: Taqwa Itu Gak Rumit, Asal Mau Dilatih!
Jadi, kalau kamu masih kebayang kalau Islam itu ribet dan jauh dari gaya hidup modern, perlu kamu tahu: taqwa itu pada dasarnya simpel. Intinya cuma tiga hal ini—berinfaq dalam kondisi apa pun, cek diri supaya gak gampang marah, dan belajar memaafkan.
Kalau ketiganya kamu jalani dengan serius, bukan cuma hidup yang damai dan bermakna, tapi kamu juga jadi manusia yang keren di mata orang lain dan pastinya di mata Tuhan.
So, mulai sekarang yuk, latih diri kita buat mengontrol ego lewat puasa, berikan apa yang kita punya karena kasih sayang, dan terus asah kemampuan memaafkan. Taqwa itu bukan cuma kata di kitab, tapi cara hidup yang bikin kita kece dan bermanfaat buat sesama.
Penulis: Win