BATU (jatimlines.id) – Jelang Ramadan, sebagian masyarakat Indonesia melakukan ziarah kubur.
Tradisi nyekar (ziarah kubur) dilakukan untuk membersihkan makam dan mendoakan orang tua, keluarga, maupun para leluhur yang sudah tiada.
Ziarah kubur ini begitu melekat dengan masyarakat Indonesia. Ada beberapa dikenal dengan sebutan yang berbeda pada setiap daerah.
Seperti arwahan, nyekar, kosar, munggahan, dan lain sebagainya.Meski begitu, dilansir dari beragam sumber, tradisi ini tidak dijelaskan atau dilakukan oleh Nabi baik secara eksplisit maupun implisit, namun tradisi tersebut sangatlah baik untuk dibudayakan.
Bagi sebagian orang sendiri, nyekar sehari sebelum puasa Ramadan ini menjadi semacam kewajiban yang bila ditinggalkan serasa ada yang kurang.
Di Kota Batu, ketika mendekati bulan puasa pedagang bunga tabur mendadak akan memenuhi pinggiran jalan. Biasanya banyak ditemui di jalan dekat tempat pemakaman umum (TPU).
Ketika sore hari, warga akan berbondong-bondong datang ke TPU. Mereka biasanya akan menuju makam keluarganya dengan membawa sabit untuk membersihkan rumput liar di makam tersebut. Namun ternyata, ada beberapa adab dalam melaksanakan ziarah kubur, di antaranya berwudhu atau menyucikan diri terlebih dahulu. Kemudian mengucapkan salam.
Membaca surat-surat pendek (surat Makkiyah).Membaca doa ziarah kubur. Yang terakhir adalah tidak berbuat sesuatu yang dilarang, misalnya duduk di pusaran makam, meminta pertolongan kepada jenazah, berkata tidak sopan, atau hal lain yang dilarang. (die)