Sintiche menyampaikan bahwa musyawarah dan pembinaan telah dilakukan secara intens dengan kelompok ini.

“Kami memilih Bantengan Nuswantoro karena mereka merupakan salah satu grup yang terbesar dan sangat berpengaruh dalam pelestarian seni bantengan di Kota Batu,” jelasnya.

Transformasi ini menjadi tonggak penting dalam revitalisasi kesenian bantengan di Kota Batu.

Kepala Dinas Pariwisata, Onny Ardianto, turut menambahkan bahwa pembinaan rutin dilakukan sebagai bagian dari penguatan lokalitas seni bantengan.

“Kami mencatat ada 94 kelompok seni bantengan yang tersebar di Kota Batu. Setiap kelompok memiliki keunikan dan potensi luar biasa untuk dikembangkan agar seni bantengan tidak hanya lestari tapi juga mampu beradaptasi dengan zaman,” ujarnya.

Dengan penghapusan mberot dan kalap, serta penekanan pada pengembangan narasi dan pencak silat, seni bantengan di Kota Batu diharapkan dapat tampil dengan wajah baru yang lebih elegan, memberdayakan seni sebagai warisan budaya yang hidup dan dinamis.

“Tradisi yang dahulu berkaitan dengan keadaan kerasukan kini bertransformasi menjadi pertunjukan yang menonjolkan sisi artistik, spiritualitas, dan kebudayaan luhur, menyatu dalam irama gerak banteng dan bela diri yang sarat makna,” pungkasnya.

1 2

Penulis: Win

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri