Atlet Wushu Kota Malang, Nayla Rahmawati, Raih Emas di Porprov Jatim IX 2025

Malang – Kerja keras dan latihan disiplin selama berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil manis bagi Nayla Rahmawati, atlet wushu sanda asal Kota Malang. Pada ajang Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur (Porprov Jatim) ke-IX tahun 2025, atlet muda berbakat ini sukses mempersembahkan medali emas untuk daerahnya dengan penuh perjuangan dan dedikasi tinggi.
Nayla mengungkapkan bahwa keberhasilannya tidak lepas dari persiapan intensif yang dijalani jauh sebelum kompetisi.
“Saat latihan biasa, kami latihan tiga kali seminggu. Namun menjelang Porprov, intensitas latihan meningkat menjadi tiga kali sehari,” ungkapnya.
Dalam rangka pemusatan latihan (TC) di Jawa Tengah selama 10 hari, Nayla dan tim menjalani jadwal latihan ketat yang dimulai sejak subuh sampai malam. Latihan meliputi pemulihan fisik, pembentukan teknik, serta strategi tanding yang didapatkan secara langsung dari pelatih berpengalaman.
“Satu hari latihan tiga kali, mulai dari jam 5 pagi kami lari, kemudian berlatih hingga jam 7. Setelah makan, kami lanjut kembali latihan pukul 10 sampai 12 siang, dan ditutup dengan sesi sore antara jam 4 sampai 6. Semua itu sangat membantu meningkatkan kedisiplinan dan ketepatan waktu,” ujarnya.
Meskipun kini fokus di wushu sanda, Nayla bukan pendatang baru di dunia beladiri. Sebelumnya, ia telah menekuni seni beladiri silat dan kemudian tertarik untuk mencoba wushu sanda karena daya tarik adu teknik serta kecepatan dalam pertandingan.
“Saya mulai dari silat, lalu teman mengajak mencoba wushu yang terasa lebih seru dengan teknik tendangan dan pukulan. Saya pun tertarik dan akhirnya mendalami cabang ini,” tambahnya sambil tersenyum.
Support dari keluarga menjadi motivasi utama Nayla selama ini. Terutama doa dan semangat dari sang ibu yang terus memberinya energi positif menjelang pertandingan penting.
“Sebelum bertanding, saya selalu minta doa kepada ibu. Saya memang mudah emosional saat bicara dengan ibu, tapi saya bilang ‘Ibu, doakan ya supaya aku bisa dapat emas’. Ibu hanya menjawab, ‘Aku doakan yang terbaik untukmu’,” kenangnya dengan penuh haru.
Tidak hanya menjaga kebugaran fisik, Nayla juga memperkuat mental dan spiritualnya menjelang turnamen. Ia rutin menjalankan ibadah dan menambah waktu doa malam, khususnya selama menginap di hotel saat Porprov berlangsung.
“Selama Porprov, saya tetap beribadah lima waktu, dan saya tambah dengan sholat tahajud dan witir setiap pukul tiga pagi. Itu buat menenangkan pikiran dan memohon keberhasilan,” tutur Nayla.
Masuk ke babak semifinal, Nayla menghadapi lawan dari Banyuwangi yang menurutnya merupakan ujian paling berat di ajang tersebut. Dalam pertandingan pertama, walau unggul poin, ia sempat kalah karena keluar dari arena sebanyak dua kali. Namun, pada babak kedua ia berhasil merebut kemenangan dengan perolehan suara 3-2 dari juri.
“Pertandingan semifinal sangat melelahkan secara fisik. Lawan kuat dan saya harus tetap fokus meskipun sebelumnya sempat kalah,” jelasnya.
Di laga final, Nayla mendapatkan lawan yang lebih mudah karena gaya bertarung mereka mirip dengan latar belakang silat yang pernah sama-sama mereka jalani. Strategi membaca gerakan lawan pun membuatnya mendapatkan kemenangan relatif lebih mudah.
“Final lebih mudah, lawan hampir bisa saya baca gerakannya dari pengalaman bermain silat,” ucapnya.
Keberhasilan ini menjadi awal yang menggembirakan bagi Nayla dan juga inspirasi bagi generasi muda atlet Malang. Meski kini meraih prestasi tertinggi, ia mengaku tetap memiliki impian masa depan yang ingin diraih, yakni melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan berkarir di kepolisian.
“Saat ini saya fokus kuliah dulu di salah satu kampus di Malang. Cita-cita saya ingin jadi polisi yang bertugas menjaga lapas. Tapi yang pasti, saya akan terus berusaha dan berlatih,” tutup Nayla dengan semangat penuh harapan.
Penulis: Eko Windarto