Dalam dunia matematika, keindahan sering tersembunyi di balik kompleksitas. Seperti deret Fibonacci yang mengalir dalam pola alam, menemukan jejaknya dalam teka-teki kuno menjadi sebuah kejutan penuh makna.
Dua peneliti muda, Arthur Sun dan Edward Wang, menemukan bahwa di balik variasi masalah “pick-up sticks”—sebuah teka-teki probabilitas yang sudah ada hampir dua abad—tersimpan rahasia deret Fibonacci, deret angka ajaib yang membentang 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, dan seterusnya.
Seperti lingkaran spiral buah pinus yang menari melintasi batangnya, munculnya deret Fibonacci di dalam masalah probabilitas ini membuat mereka terpukau. Masalah yang menanyakan peluang tak adanya tiga batang yang dapat membentuk segitiga dari sekumpulan batang dengan panjang acak antara 0 dan 1 ternyata mengajak kita menyusuri alur ajaib matematika yang menyambungkan angka dan bentuk.
Satu batang terbagi menjadi potongan acak, membawa kita pada pertanyaan klasik: Berapa kemungkinan tiga potongan itu membentuk sebuah segitiga?
Ketentuan itu sederhana namun kaya makna—tiga batang hanya bisa membentuk segitiga apabila panjang masing-masing saling memenuhi pertidaksamaan segitiga, yaitu tidak ada satu batang pun yang lebih panjang dari jumlah dua batang lainnya.
Melalui uji coba dan simulasi berulang, Sun dan Wang mengembangkan pertanyaan lebih luas, menanyakan bagaimana peluang tersebut berubah ketika jumlah batang bertambah. Di sinilah keajaiban muncul.
Penulis: Ekowin