Film Animasi ‘Merah Putih One for All’ Panen Kritik Jelang Tayang

Film animasi “Merah Putih One for All” yang diproduksi oleh Perviki Kreasindo dan dijadwalkan tayang pada 14 Agustus 2025, tengah menjadi sorotan publik. Alih-alih mendapatkan pujian, film ini justru menuai kritik tajam, terutama terkait kualitas animasi yang dinilai kaku dan jauh tertinggal dari standar industri saat ini.
Beberapa warganet dan kritikus film, termasuk sutradara ternama Hanung Bramantyo, mempertanyakan kualitas film ini, terutama mengingat waktu produksinya yang terbilang singkat. Hanung mengungkapkan bahwa produksi animasi idealnya membutuhkan biaya sekitar Rp30-40 miliar dengan waktu pengerjaan 4 hingga 5 tahun. Sementara itu, “Merah Putih One for All” dilaporkan hanya menghabiskan Rp6,7 miliar dan selesai dalam waktu kurang dari dua bulan.
Waktu produksi yang sangat singkat ini memunculkan dugaan bahwa film tersebut sengaja dikebut agar bisa tayang bertepatan dengan momen peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia. Dugaan ini menguat setelah melihat kualitas animasi yang dianggap kurang matang.
Menanggapi kritik publik, produser film, Toto Sugriwo, memberikan respons sarkas di media sosial, yang justru memicu beragam reaksi negatif dari warganet. Pernyataan Toto dianggap mengabaikan kritik yang membangun dan terkesan hanya fokus pada aspek promosi yang dihasilkan dari kontroversi tersebut.
Di sisi lain, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Iren Umar, menegaskan bahwa pemerintah tidak memberikan pendanaan atau fasilitas promosi khusus untuk film ini. Bantuan yang diberikan hanya sebatas masukan teknis saat audiensi. Iren menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan praktik biasa pemerintah dalam mendukung inisiatif kreatif.
Film “Merah Putih One for All” sendiri mengangkat kisah delapan anak dari berbagai daerah yang berjuang mencari bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum 17 Agustus. Dengan pesan persatuan dan keberagaman, film ini direncanakan tayang serentak di bioskop seluruh Indonesia. Namun, kontroversi seputar kualitas dan proses produksinya membuat publik terbagi antara rasa penasaran dan kekecewaan. (*)
Penulis: Fim