Pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa banyak orang Jepang lebih memilih menikmati matcha tanpa tambahan gula? Padahal, di berbagai negara lain, teh hijau bubuk ini sering disajikan dengan susu atau pemanis untuk menyeimbangkan rasa pahitnya.

Kebiasaan tersebut ternyata sangat berakar dari budaya dan filosofi khas Jepang yang mengedepankan kesederhanaan dan penghormatan terhadap keaslian.

Wabi-Sabi: Keindahan dalam Kesederhanaan

Matcha tanpa gula mencerminkan prinsip wabi-sabi, sebuah filosofi Jepang yang menghargai keindahan dalam kesederhanaan, ketidaksempurnaan, dan keaslian.

Mendulang cita rasa murni dari matcha yang cenderung pahit dan penuh karakter menjadi sebuah penghormatan terhadap alam serta proses panjang dalam pembuatan teh tersebut.

Dengan menikmati matcha yang otentik, orang Jepang merayakan esensi sejati dari bahan alami tanpa perlu menyembunyikan atau mengubahnya dengan tambahan gula.

Menghormati Kualitas Matcha

Matcha sendiri terbagi dalam beberapa kelas, salah satunya adalah ceremonial grade, yang dikenal sebagai jenis matcha paling murni dan berkualitas tinggi.

Di Jepang, pemanis biasanya dihindari saat menikmati ceremonial grade, karena bisa mengganggu dan merusak keaslian cita rasanya yang halus dan kompleks.

Sebaliknya, culinary grade matcha yang memiliki rasa lebih kuat biasa digunakan sebagai bahan campuran dalam makanan penutup atau minuman manis. Jenis ini lebih fleksibel dan memang cocok dipadukan dengan rasa lain seperti gula atau susu.

1 2

Penulis: Win

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri