TOKYO – Menjadi guru asing di Jepang, khususnya sebagai Assistant Language Teacher (ALT), memberikan sudut pandang unik terhadap sistem pendidikan Jepang yang menekankan nilai-nilai moral sejak dini. Nahla, seorang ALT asal Indonesia, membagikan pengalamannya mengajar Bahasa Inggris di sekolah dasar Jepang — yang ternyata jauh lebih dari sekadar mengajarkan kosakata atau tata bahasa.

“Saat pertama kali hendak mengajar di SD Jepang, aku sempat berpikir, ‘Apakah anak-anak di sini mau nurut sama guru asing?’” kenang Nahla.

Ia menjelaskan bahwa perannya sebagai ALT bukan hanya sebatas mengajar, tetapi juga terlibat penuh dalam kehidupan sekolah sehari-hari.

Pelajaran paling penting yang ia dapatkan selama menjadi ALT adalah bahwa kekuatan utama pendidikan dasar di Jepang tidak hanya terletak pada kurikulum akademiknya, melainkan pada penanaman nilai-nilai seperti sopan santun, disiplin, dan rasa hormat — bahkan kepada guru asing sekalipun.

Nahla menceritakan sebuah insiden kecil yang sangat berkesan.

“Pernah suatu waktu ada murid yang bertanya tentang hijabku, ‘Sensei, itu apa namanya? Panas, ya? Enggak boleh dilepas?’” ceritanya.
Guru Jepang yang mendampinginya saat itu langsung merasa tidak enak dan berkali-kali meminta maaf, padahal Nahla sendiri sangat senang bisa menjelaskan.

“Yang penting bukan pada jawaban kenapa mereka bisa patuh dan tertib, tapi pada apa yang sudah ditanamkan dan ditekankan sejak dini,” jelasnya.

Menurut Nahla, murid-murid di Jepang sangat aktif bertanya tentang latar belakang dirinya. Ia menganggap hal ini sebagai hal positif karena anak-anak jadi belajar hal-hal yang tidak mereka temui di buku pelajaran.

Selama dua tahun di Jepang, Nahla merasa sangat dihargai. Salah satu contohnya, setiap sekolah tempat ia mengajar menyediakan ruang salat yang layak dan mendukungnya secara penuh sebagai guru asing yang berhijab.

“Pernah ada satu sekolah yang mencetak flyer untuk seluruh anggota sekolah ketika saya datang. Isinya memperkenalkan latar belakang saya — orang Indonesia, berhijab, Muslim, apa itu Islam, tentang ruang salat, imbauan agar tidak berisik di sekitar ruang tersebut, dan lain sebagainya. Saya benar-benar terharu,” tuturnya.

Hubungan Nahla dengan murid-muridnya pun sangat dekat. Ia selalu mendukung murid yang kesulitan di kelas, dan sebaliknya, para murid pun sangat antusias ketika mengikuti pelajaran Bahasa Inggris bersama dirinya.

“Alhamdulillah, anak-anak sangat mengapresiasi saya. Banyak yang bilang mereka jadi semangat belajar Bahasa Inggris sejak saya mengajar sebagai ALT mereka,” katanya.

Ucapan seperti “Naara sensei,” atau “Naara, I love you,” menjadi hal yang sering ia dengar selama berada di sekolah. Bahkan, tak sedikit murid yang meminta tanda tangannya setelah pelajaran — seolah Nahla adalah seorang selebritas.

“Saya berdoa agar saya akan terus merasa diterima seperti ini,” ucapnya dengan haru.

Sebagai sesama pendidik, Nahla menekankan pentingnya menghargai proses belajar anak, termasuk dalam hal kedisiplinan.

“Semuanya dibentuk lewat rutinitas, bukan hukuman. Anak-anak jadi tertib bukan karena takut, tapi karena sudah terbiasa,” ungkapnya.

Nahla sedang mengajar di sekolah Jepang.

Jalur Menjadi ALT di Jepang

Menariknya, Nahla bukanlah lulusan jurusan Bahasa Inggris, melainkan Sastra Jerman. Namun, hal tersebut tidak menghalanginya untuk bisa diterima sebagai ALT di Jepang.

“Aku lulusan Sastra Jerman dan bisa jadi guru Bahasa Inggris di Jepang,” ujarnya bangga.

Berikut tiga kunci utama yang ia bagikan untuk bisa menjadi ALT:

  1. Perkuat Kemampuan Bahasa Inggris: “Kalian akan bersaing dengan para native speakers, jadi ini paling penting.”
  2. Cari Perusahaan Dispatch yang Menyediakan Sponsor Visa:
    Bagi yang sudah tinggal di Jepang, bisa langsung melamar ke lembaga pendidikan pemerintah (Board of Education) di kota tempat tinggal.
  3. Siapkan Motivation Letter yang Kuat:
    Surat ini harus menunjukkan minat mengajar di Jepang, kesiapan beradaptasi, serta ketertarikan pada budaya Jepang.

Gaji dan Biaya Hidup di Jepang

Salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan adalah tentang gaji ALT dan apakah cukup untuk biaya hidup di Jepang. Berikut penjelasan Nahla:

Gaji:

  • ALT langsung di bawah pemerintah kota (direct hire):
    Sekitar 335.000 Yen per bulan, atau sekitar 4 juta Yen per tahun.
  • ALT melalui perusahaan dispatch:
    Sekitar 230.000 – 250.000 Yen per bulan.

Perkiraan Biaya Hidup Bulanan (di luar Tokyo):

  • Apartemen Studio: 30.000 – 45.000 Yen
  • Makan Sehari-hari: Sekitar 1.000 Yen per hari (30.000 Yen/bulan)
  • Transportasi: Ditanggung kantor (gratis), bahkan ada insentif bila naik sepeda
  • Listrik: 5.000 – 7.000 Yen
  • Wi-Fi, air, dan gas: 10.000 – 15.000 Yen

“Jadi, total kebutuhan primer sekitar 75.000 – 90.000 Yen. Tapi, kalau tinggal di Tokyo, pastikan gajinya lebih tinggi karena biaya hidup di sana jauh lebih mahal,” jelas Nahla.


Kehidupan Sosial dan Komunitas

Selain mengajar, Nahla juga aktif dalam kehidupan sosial dan komunitas di Jepang.

  1. Kelas Bahasa Jepang: “Ada kelas bahasa Jepang yang murah karena sebenarnya ditujukan untuk relawan Jepang. Hanya 1.000 Yen per sesi.”
  2. Komunitas Indonesia dan Acara Daido-gei:
    Nahla ikut dalam komunitas Indonesia dan menikmati Daido-gei, yakni pertunjukan jalanan yang menampilkan pesulap, penari, hingga juggler. “Kota terasa sangat hidup saat itu,” katanya.
  3. Festival Indonesia-Jepang:
    Ia juga ikut dalam festival yang digelar komunitas lokal dan Masjid Tokyo Camii. Acara ini bahkan dihadiri anggota parlemen dan para guru Jepang.

Visa dan Wawancara Kerja

Nahla juga menjelaskan tentang Visa Instruktur, yang diperuntukkan bagi pengajar di institusi pendidikan formal, seperti sekolah dasar dan menengah. Jenis visa lain, yaitu Visa Spesialis Humaniora, biasa digunakan untuk mengajar di sekolah non-formal seperti Eikaiwa (English conversation school). Keduanya memungkinkan pemegang visa membawa keluarga.

Tips Lolos Wawancara sebagai ALT:

  1. Miliki setidaknya gelar sarjana “Saya bukan lulusan pendidikan, tapi tetap bisa jadi ALT.”
  2. Tampilkan semua pengalaman mengajar:
    Mulai dari formal, privat, sukarela, hingga paruh waktu.
  3. Motivation Letter yang Kuat:
    Ini sangat menentukan dan akan dijelaskan lebih detail di kesempatan lain.
  4. Latihan wawancara dan demo mengajar: “Terutama jika melamar ke pemerintah. Wawancaranya langsung dengan panelis, dan akan ada demo. Tanpa skrip, semua harus spontan.”

Penutup

“Menjadi guru di Jepang adalah pengalaman yang luar biasa,” ujar Nahla.
“Sebagai ALT, bukan hanya menjadi asisten bahasa, tapi juga pembawa semangat baru. Kita bisa membuka wawasan, memotivasi siswa, dan tumbuh secara pribadi. Tentu, tidak semuanya mudah. Tapi justru karena itu, pengalaman ini jadi sangat bermakna.”

Penulis: Firnas Muttaqin

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan

Selamat Hari Raya
Selamat Hari Raya Idul Fitri