Ensiklopedia Islam

Cahaya di Balik Beban: Renungan dari Kajian Tafsir Surah Al-Insyirah
Senja yang merayap di langit Pasuruan pada Rabu malam ini (13/8/2025) bukan sekadar pergantian waktu, melainkan juga awal dari sebuah perenungan. Di Masjid Baitul Huda, Jalan Veteran 43, usai shalat Maghrib, para jamaah duduk tenang, siap menyerap butir-butir hikmah dari Ustadz HM Yusuf Hasmy, SE, yang malam ini mengupas tuntas tafsir Surah Al-Insyirah. Sebuah surah yang tak hanya menjadi oase bagi Nabi Muhammad ﷺ di masa sulit, melainkan juga lentera bagi setiap jiwa yang merasa terhimpit.
Ustadz Yusuf memulai kajian dengan mengurai makna ayat pertama, “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” Ayat ini, menurut tafsir Ibnu Katsir, bukanlah pertanyaan retoris, melainkan sebuah janji dan karunia besar dari Allah. Ia adalah lapangnya hati, keluasan ilmu, dan keteguhan iman yang memungkinkan Nabi menghadapi tekanan dakwah dengan sabar dan ikhlas. Dalam konteks masa kini, “melapangkan dada” adalah anugerah yang harus terus kita mohonkan; sebuah ketenangan batin di tengah hiruk-pikuk dan masalah yang tak henti datang.
Selanjutnya, Ustadz Yusuf menghubungkan ayat kedua dan ketiga: “Dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu, yang memberatkan punggungmu.” Kalimat ini menggambarkan perjuangan berat yang dialami Rasulullah ﷺ di awal dakwah di Makkah. Beliau menghadapi penolakan, ejekan, bahkan ancaman fisik dari kaum Quraisy. Beban itu memang berat, namun Allah tidak pernah membiarkannya sendirian. Setiap cobaan datang bersama bimbingan wahyu dan pertolongan-Nya yang tak terduga, seolah Allah berfirman: “Aku melihat perjuanganmu, dan Aku akan meringankannya.”
Yang paling menyentuh adalah pembahasan ayat keempat: “Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.” Ustadz Yusuf dengan fasih menjelaskan bagaimana janji ini telah terwujud secara nyata. Nama Muhammad ﷺ selalu disebut dalam setiap adzan, disandingkan dengan nama Allah. Jutaan umat bershalawat setiap hari, dan khutbah Jumat di seluruh penjuru dunia tak pernah absen menyebut nama beliau. Kemuliaan ini bukan sekadar penghormatan, melainkan bukti nyata dari janji Allah untuk mengangkat derajat hamba-Nya yang bersabar dan berjuang di jalan-Nya.
Namun, puncak dari pesan Surah Al-Insyirah terletak pada ayat kelima: “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” Ustadz Yusuf menekankan, pengulangan janji ini bukan untuk sekadar penegasan, melainkan untuk menanamkan keyakinan mendalam. Kemudahan itu tidak datang setelah kesulitan, melainkan bersama kesulitan itu sendiri. Di dalam setiap masalah, sejatinya telah disisipkan jalan keluar. Tugas kita hanyalah sabar, tawakal, dan terus berusaha.
Kajian malam ini ditutup dengan ajakan untuk meneladani ketabahan Nabi, memperbanyak dzikir, dan menjaga optimisme. Jamaah pulang bukan hanya dengan pengetahuan baru, melainkan juga dengan hati yang terasa lebih ringan. Mereka membawa pulang keyakinan abadi: bahwa di balik setiap beban yang memberatkan, selalu ada cahaya harapan yang menyertainya. (*)
Penulis: Firnas